Menteri Pertanian Di Nanggulan
Pemerintah Belum Akan Ekspor Beras
Pemerintah Republik Indonesia belum akan mengekspor beras ke luar negeri, meski harga di pasar internasional mengalami kenaikan. Kebijakan ini dilakukan demi melindungi petani.
"Untuk tahun ini kita belum akan ekspor dulu," jelas Menteri Pertanian Anton Apriyanto, di sela kunjungan ke Panti Asuhan Muhammadiyah di Grubug, Jatisarono Kec Nanggulan, Rabu (16/4).
Menurut Anton, hasil produksi untuk tahun ini melebihi kebutuhan konsumsi masyarakat. Untuk itu demi mengamankan stok beras, kelebihan ini akan disimpan dulu. Kondisi ini, secara tidak langsung akan ikut berpengaruh terhadap kesetabilan harga beras di dalam negeri.
Diakuinya, untuk melakukan ekspor bahan makanan pokok ini, pemerintah bisa meraup keuntungan yang lebih banyak. Namun dengan pertimbangan masyarakat lebih utama, kebijakan ini akan ditunda sampai benar-benar swasembada pangan bisa diraih.
"Kita tidak ingin masyarakat kita miskin, yang penting harga beras murah,"tambah Anton yang datang di Kulonprogo untuk mengecek program Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3).
Saat ini yang lebih dibutuhkan adalah upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu produksi. Salah satunya dengan mengembangkan inovasi produk, penggunaan bibit unggul, pupuk organic dan kebijakan lain.
Kebijakan program bantuan beras bagi keluarga miskin (Raskin) dinilai cukup berhasil meningkatkan kesejahteraan warga. Kebijakan ini kini banyak ditiru oleh Negara Philipina dan India.
Program LM3 di Panti Asuhan Muhammadiyah yang digulirkan pada 2007 lalu dengan total anggaran mencapai Rp 100 juta. Oleh para pengelola, dana ini dibelikan untuk peternakan sapi. Hasilnya, dapat dibeli sekitar 10 ekor sapi, kandang dan anggaran operasional.
"Sebentar lagi sapi ini segera beranak karena sudah bunting," jelas Fatimah salah satu pengelola panti.
Wakil bupati Kulonprogo, Mulyono, mengatakan pemkab juga konsisten untuk mengembangkan agrobisnis. Sebanyak 7 panti asuhan pada 1007 lalu, juga diberikan bantuan sapi.
"Arah kita bukan hanya untuk perkembangan, namun juga memanfaatkan kotorannya sebagai bahan bakar alternative," kilah Mulyono.
Pemerintah Republik Indonesia belum akan mengekspor beras ke luar negeri, meski harga di pasar internasional mengalami kenaikan. Kebijakan ini dilakukan demi melindungi petani.
"Untuk tahun ini kita belum akan ekspor dulu," jelas Menteri Pertanian Anton Apriyanto, di sela kunjungan ke Panti Asuhan Muhammadiyah di Grubug, Jatisarono Kec Nanggulan, Rabu (16/4).
Menurut Anton, hasil produksi untuk tahun ini melebihi kebutuhan konsumsi masyarakat. Untuk itu demi mengamankan stok beras, kelebihan ini akan disimpan dulu. Kondisi ini, secara tidak langsung akan ikut berpengaruh terhadap kesetabilan harga beras di dalam negeri.
Diakuinya, untuk melakukan ekspor bahan makanan pokok ini, pemerintah bisa meraup keuntungan yang lebih banyak. Namun dengan pertimbangan masyarakat lebih utama, kebijakan ini akan ditunda sampai benar-benar swasembada pangan bisa diraih.
"Kita tidak ingin masyarakat kita miskin, yang penting harga beras murah,"tambah Anton yang datang di Kulonprogo untuk mengecek program Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3).
Saat ini yang lebih dibutuhkan adalah upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu produksi. Salah satunya dengan mengembangkan inovasi produk, penggunaan bibit unggul, pupuk organic dan kebijakan lain.
Kebijakan program bantuan beras bagi keluarga miskin (Raskin) dinilai cukup berhasil meningkatkan kesejahteraan warga. Kebijakan ini kini banyak ditiru oleh Negara Philipina dan India.
Program LM3 di Panti Asuhan Muhammadiyah yang digulirkan pada 2007 lalu dengan total anggaran mencapai Rp 100 juta. Oleh para pengelola, dana ini dibelikan untuk peternakan sapi. Hasilnya, dapat dibeli sekitar 10 ekor sapi, kandang dan anggaran operasional.
"Sebentar lagi sapi ini segera beranak karena sudah bunting," jelas Fatimah salah satu pengelola panti.
Wakil bupati Kulonprogo, Mulyono, mengatakan pemkab juga konsisten untuk mengembangkan agrobisnis. Sebanyak 7 panti asuhan pada 1007 lalu, juga diberikan bantuan sapi.
"Arah kita bukan hanya untuk perkembangan, namun juga memanfaatkan kotorannya sebagai bahan bakar alternative," kilah Mulyono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar