HIV/AIDS adalah epidemi yang mengancam kesehatan dan kehidupan generasi penerus bangsa, yang secara langsung membahayakan perkembangan sosial dan ekonomi serta keamanan negara. Oleh karena itu, upaya penanggulangannya, harus dianggap sebagai masalah yang penting dengan tingkat urgensi yang tinggi dan merupakan program jangka panjang yang membutuhkan koordinasi multipihak, serta mobilisasi sumber daya yang intensif dari seluruh lapisan masyarakat untuk mempercepat dan memperluas cakupan program. Pemerintah menjamin mobilisasi semua sumber daya yang disesuaikan dengan kemampuan ekonomi dan keadaan negara untuk penanggulangan AIDS, dan mengurangi stigma dan diskriminasi.
Hal tersebut dikatakan Wakil Bupati Kulonprogo Drs.H.Mulyono dalam acara Rapat Koordinasi Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kabupaten Kulonprogo di Gedung Binangun Lantai II, Kamis (11/9). Rakor dalam rangka penyusunan program kerja KPAD Kulonprogo dihadiri Sekretaris KPAD propinsi DIY, Asisten Pembangunan Ir.Agus Anggono dan Kadinas Kesehatan dr.Lestaryono,Mkes.
”Program Penanggulangan AIDS, situasi epidemi AIDS selama periode 2007-2010 diperkirakan masih dalam tingkat epidemi berkonsentrasi untuk wilayah Indonesia pada umumnya, dengan laju percepatan prevalens pada kelompok-kelompok paling berresiko. Sedang epidemi AIDS di Tanah Papua sudah pada tahap generalizad epidemic. Pada situasi epidemi seperti ini, program penanggulangan AIDS diarahkan pada area program pencegahan untuk populasi paling berisiko dan area program perawatan pengobatan dan dukungan untuk orang dengan HIV dan AIDS (ODHA,”kata Mulyono
Wabup yang juga Ketua KPAD Kulonprogo menambahkan sasaran utama program pencegahan adalah pengguna Napza suntik (penasun) dan penjaja seks (PS). Populasi ini terdiri atas sub-populasi penasun baik yang ada di masyarakat maupun di lembaga pemasyarakatan (lapas), wanita penjaja seks (langsung dan tak langsung), lelaki seks dengan lelaki (LSL) dan waria. Sub-populasi yang terkait langsung pada dua populasi yang paling berisiko ini adalah pelanggan penjaja seks (PPS) dan pasangan penasun. Proporsi estimasi infeksi baru pada PPS cukup signifikan mulai tahun 2008 hingga sub-populasi ini perlu menjadi sasaran penting dalam upaya menghambat laju percepatan epidemi HIV.
Sementara Kadinas Kesehatan Kulonprogo dr.Lestaryono M,Kes mengatakan jumlah penderita AIDS di Kulonprogo mencapai 14 orang. Sehubungan penyakit ini sebagai fenomena gunung es, maka secara estimasi dimungkinkan penderita lebih banyak lagi. Untuk mengatasi perkembangan jumlah penderita, diperlukan kerjasama lintas program.
Hal tersebut dikatakan Wakil Bupati Kulonprogo Drs.H.Mulyono dalam acara Rapat Koordinasi Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kabupaten Kulonprogo di Gedung Binangun Lantai II, Kamis (11/9). Rakor dalam rangka penyusunan program kerja KPAD Kulonprogo dihadiri Sekretaris KPAD propinsi DIY, Asisten Pembangunan Ir.Agus Anggono dan Kadinas Kesehatan dr.Lestaryono,Mkes.
”Program Penanggulangan AIDS, situasi epidemi AIDS selama periode 2007-2010 diperkirakan masih dalam tingkat epidemi berkonsentrasi untuk wilayah Indonesia pada umumnya, dengan laju percepatan prevalens pada kelompok-kelompok paling berresiko. Sedang epidemi AIDS di Tanah Papua sudah pada tahap generalizad epidemic. Pada situasi epidemi seperti ini, program penanggulangan AIDS diarahkan pada area program pencegahan untuk populasi paling berisiko dan area program perawatan pengobatan dan dukungan untuk orang dengan HIV dan AIDS (ODHA,”kata Mulyono
Wabup yang juga Ketua KPAD Kulonprogo menambahkan sasaran utama program pencegahan adalah pengguna Napza suntik (penasun) dan penjaja seks (PS). Populasi ini terdiri atas sub-populasi penasun baik yang ada di masyarakat maupun di lembaga pemasyarakatan (lapas), wanita penjaja seks (langsung dan tak langsung), lelaki seks dengan lelaki (LSL) dan waria. Sub-populasi yang terkait langsung pada dua populasi yang paling berisiko ini adalah pelanggan penjaja seks (PPS) dan pasangan penasun. Proporsi estimasi infeksi baru pada PPS cukup signifikan mulai tahun 2008 hingga sub-populasi ini perlu menjadi sasaran penting dalam upaya menghambat laju percepatan epidemi HIV.
Sementara Kadinas Kesehatan Kulonprogo dr.Lestaryono M,Kes mengatakan jumlah penderita AIDS di Kulonprogo mencapai 14 orang. Sehubungan penyakit ini sebagai fenomena gunung es, maka secara estimasi dimungkinkan penderita lebih banyak lagi. Untuk mengatasi perkembangan jumlah penderita, diperlukan kerjasama lintas program.