17 Februari, 2009


KT Marsudi Mulyo Panen Padi Gogo Tersedia 30 Hektare Lahan Potensial Belum Tergarap

Memiliki daerah perbukitan yang terjal dan jauh dari akses perkotaan tak membuat warga Pedukuhan Secang, Sidomulyo, Pengasih menyerah untuk mengembangkan pertanian. Karena dengan berbekal semangat yang tal kenal menyerah warga Pedukuhan Secang berhasil mengembangkan padi gogo dengan hasil yang menggembirakan. Karena dalam panen perdana yang dilakukan oleh Kelompok Tani (KT) Marsudi Mulyo dari lahan yang digarap mampu menghasilkan padi dengan rata-rata mencapai 5,6 ton/ha.
Ketua KT Marsudi Mulyo Sarno Wiharjo mengungkapkan hal tersebut di sela-sela panen perdana yang dilaksanakan Selasa (17/2) di Pedukuhan Secang, Desa Sidomulyo, Pengasih. Panen perdana yang langsung dipimpin oleh Kepala Desa Sidomulyo R. Sukestidono itu juga dihadiri oleh Kabid Holtikultura Dinas Pertanian dan Kehutanan Ir. Saebani, Kepala Kantor KP4K Ir. Tri Budi Harsono, perwakilan Kelompok Tani se-Sidomulyo, anggota kelompok tani dan masyarakat.
KT Marsudi Mulyo yang beranggotakan 49 orang saat ini menggarap lahan seluas 7 hektare di bawah hutan rakyat dan ditanami dengan Padi Gogo jenis Cipudong. Padi ini ternyata cocok dikembangkan di daerah Secang karena dari areal yang digarap seluas 7 hektare semua berhasil tumbuh dan berbuah dengan baik. “Kami katakana cocok karena meskipun padi sempat terserang ulat tanah (uret) namun masih mampu menghasilkan padi dengan rata-rata 5,6 ton/ha,” katanya.
Warga merasa cocok dan bersemangat untuk mengembangkan padi gogo karena meskipun lahan yang dimiliki adalah lahan perbukitan namun ternyata bisa untuk mengembangkan padi. Untuk itu, warga mengharapkan kedepan pemerintah lebih memperhatikan sektor pertanian. Karena saat ini di Pedukuhan Secang masih banyak lahan yang potensial untuk mengembangkan pertanian seperti pengembangan padi gogo.
Menurut Sarno Wiharjo, masih ada 30 hektare lahan potensial yang saat ini belum tergarap. Lahan tersebut terletak di bawah areal hutan rakyat dan saat ini belum tergarap secara maksimal. Dimungkinkan, lahan tersebut dapat dipergunakan sebagai lahan pertanian karena dahulu lahan-lahan tersebut juga merupakan areal pertanian yang mendapatkan irigasi dari Goa Kiskendo, lanjutnya.
Sementara itu, Kabid Holtikultura Dinas Pertanian dan Kehutanan Kulon Progo Ir. Saebani mengungkapkan dukungannya terhadap pengembangan padi gogo di daerah Secang. Namun diharapkan warga juga memperhatikan masalah dampak lingkungan dari pengolahan lahan tersebut. Karena lahan pertanian yang digunakan adalah lahan dibawah lahan hutan rakyat.
Jangan sampai pengembangan padi gogo merusak lahan hutan rakyat yang dimiliki. Sehingga mengakibatkan pengikisan ataupun menjadikan tanah menjadi tidak bisa menyimpan air. “Kalau sampai terjadi seperti ini, mungkin 1-2 tahun warga masih bisa menikmati hasil pertanianya. Namun tahun-tahun berikutnya warga akan kekurangan air. Karena hutan yang dimiliki menjadi berkurang,” katanya.
Di sisi lain, Ir. Saebani mengungkapkan bahwa hasil pertanian padi gogo KT Marsudi Mulyo yang memilii rata-rata 5,6 ton/ha sudah baik. Hasil ini berada di atas rata-rata kabupaten untuk padi di daerah perbukitan yang hanya mencapai 3,1 ton/ha. Sedangkan untuk padi di areal persawahan, rata-rata kabupaten mencapai 6,2 ton/ha, lanjutnya.