18 Maret, 2008


Dua warga Kulonprogo mengidap AIDS

Dua Lainnya Masih Dicurigai

Jumlah penderita AIDS di Kulonprogo, cenderung mengalami peningkatan. Setidaknya ada dua warga yang dinyatakan mengidap penyakit mematikan ini. Dua lainnya masih dicurigai juga tertular.“Untuk tahun ini sudah ada dua warga yang mengidap AIDS,” jelas Ketua Komite Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kulonprogo, dr Mujahid, saat dikonfirmasi melalui telepon Selulernya., Selasa ( 18/3).

Mujahid yang menjadi tenaga medis di RS Dr Sardjito sendiri enggan merinci siapa yang dimaksudkan menjadi pengidap penyakit yang disebabkan Virus HIV ini. Termasuak dua warga yang dicurigai pun juga tidak dijelaskan secara rinci. Dikhawatirkan adanya pembeberan data ini akan berdampak panjang terhadap korban dan masyarakat sekitar.

Munculnya temuan ini bukanlah yang pertama di Kulonprogo. Pada 2007 lalu, memang tidak ada data resmi yang menyatakan ada warga yang mengidap penyakit mematikan ini. Kenyataannya di lapangan ada kasus yang menimpa salah satu warga.

Kami butuh political Will, agar greget dari KPAD bisa disinkronkan dengan temuan di lapangan,” tegas Mujahid. Idealnya, KPAD sebagai lembaga daerah diberikan kewenangan untuk melakukan invetigasi dari temuan di lapangan. Sebab mereka yang menjadi korban butuh pendampingan secara nyata. Bukan dikucilkan dari kehidupan bermasyarakat.

Anggota KPAD dr Yuwono yang dikonfirmasi terpisah menepis adanya temuan ini. Menurutnya informasi yang berkebang belum tentu benar. Satu-satunya yang memiliki data tentang pasien AIDS hanya dimiliki oleh Dinas Kesehatan Provinsi. Dinas Kesehatan sendiri tidak mempunyai data konkrit.“Memang ini seperti fenomena gunung es yang tidak kelihatan tetapi di lapangan muncul,” tegas Yuwono.

Yuwono yang menjadi staff pada Dinas Kesehatan sendiri melihat tidak adanya kemampuan KPAD dalam bertindak. Sebab lahirnya KPAD sekitar 5 tahun silam, belum diimbangi dengan pelatihan dan diklat. Ini mengakibatkan peranan KPAD alam bertindak menjadi sulit. Adanya temuan di lapangan, hanya bisa diselesaikan secara lintas sektoral. KPAD tidak mungkin melakukan pendampingan kepada pasien secara langsung.


PEMBUKAAN DIKLAT DHARMAIS

Salah Manajemen Usaha Gulung Tikar

Bupati Kulon Progo H. Toyo Santoso Dipo mengatakan Diklat yang dilaksanakan oleh Yayasan Dharmais mampu menyiapkan para calon penggerak pembangunan di bidang usaha produktif. Karena itu diharapkan para peserta dapat menyerap dengan baik ketrampilan dan ilmu yang disampaikan oleh para pembimbing sehingga mampu memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja yang trampil dan professional.

Hal tersebut dikatakan Toyo dalam sambutan tertulis yang dibacakan Asisten Pembangunan Setda, Ir.H.Agus Anggono dalam Pembukaan Pendidikan dan Latihan Pesantren Singkat Usaha Produktif angkatan I tahun 2008 di Balai Diklat Yayasan Dharmais Sendangsari Pengasih, Selasa (18/3). Dalam kesempatan itu sekaligus dilakukan penandatanganan Berita Acara serah terima peserta dari Pemkab Kulonprogo ke Balai Diklat Yayasan Dharmais.

“Saat ini banyak usaha yang telah dirintis dan berkembang secara pesat, namun karena pengelolaan managemen yang kurang baik, akhirnya gulung tikar. Hal ini perlu diperhatikan bagi para peserta, bahwa pendidikan dan pengetahuan sangatlah penting bagi dunia usaha. Apalagi persaingan antar usaha dewasa ini sangatlah ketat, karena para pengusaha memperebutkan pangsa pasar dengan berbagai cara. Jika hal ini tidak disikapi dengan baik dan hati-hati, maka bukan tidak mungkin suatu usaha yang baru dirintis akan hancur karena tidak mampu mengatasi permasalahan dan hambatan yang ada”pesannya.

Di dalam menghadapi persaingan perdagangan bebas termasuk persaingan tenaga kerja maka sudah tentu setiap generasi muda seharusnya peka dan memiliki bekal berbagai keahlian dan ketrampilan. Terkait dengan hal tersebut, maka adanya Pendidikan dan Latihan pada saat ini yang bertujuan untuk membina para calon angkatan kerja agar mendapatkan bekal dan modal untuk membuka suatu usaha adalah suatu yang tepat.

Sementara Pjs. Kepala Dharmais, Bari HPdalam laporannya mengatakan peserta diklat sejumlah 40 orang akan mengikuti pelatihan tentang ketrampilan jahit menjahit, tata boga dan tata busana, berlangsung hingga 13 Mei mendatang.


SUBSIDI MINYAK GORENG SIAP DISALURKAN

Mekanisme Pembagian Seperti Raskin

Program pemerintah pusat melalui dana APBN dengan membantu masyarakat miskin melalui subsidi minyak goreng sebesar Rp.2500,- per liter ditengah harga migor yang terus naik segera terealisir. Direncanakan akhir bulan Maret jatah subsidi migor bagi semua warga yang masuk kategori Rumah Tangga Miskin (RTM) di wilayah Kulonprogo dapat diterima.

Menurut Kasie Bimbingan Usaha dan Sarana Perdagangan, Dinas Perindustrian Perdagangan, Koperasi dan Pertambangan Kabupaten Kulonprogo, Sudarminah, untuk subsidi minyak goreng di Kulonprogo terbagi untuk semua RTM yang ada sejumlah 42.360 RTM selama 6 bulan ke depan, dengan pembagian untuk periode pertama, kedua dan ketiga masing-masing RTM mendapat subsidi 1 liter sedang keempat,kelima dan keenam sebesar 2 liter.

“Penyaluran subsidi minyak goreng selama 6 bulan kedepan terbagi untuk semua RTM di wilayah Kulonprogo, dengan pembagian untuk penyaluran pertama, kedua dan ketiga hanya 1 liter, sedangkan keempat, kelima dan keenam bisa nantinya 2 liter,”ungkap Sudarminah di ruang kerjanya, Selasa (18/3).

Minyak goreng bersubsidi yang diterima oleh RTM direncanakan dalam bentuk kemasan isi ulang atau reffil demi keamanan dan praktis serta lebih sehat dan murah dibanding minyak goreng curah yang harus melakukan dua kali kerja dengan mengemas dalam plastik.

Menurut Sudarminah, mekanisme titik distribusi subsidi migor mengacu pada pembagian raskin yakni di tingkat desa, sedangkan saat ini baru dalam tahap mempersiapkan distributor baik perusahaan maupun perorangan yang akan ikut menyalurkan minyak goreng bersubsidi.

“Perusahaan maupun perseorangan bisa ikut dengan persyaratan mempunyai SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Rekening Bank dan sanggup menyalurkan minyak goreng sejumlah minimal 5000 liter, bagi yang berminat langsung saja ke Dinas Perindagkoptam Kabupaten,” tambahnya.

Sementara untuk harga di tingkat distributor disesuaikan dengan harga pasar setempat pada saat didistribusikan. Misalnya saat didistribusikan harga minyak goreng di Kulonprogo sudah Rp.13.000,- , maka minyak goreng itu akan di jual dengan harga Rp.10.500,- per liternya, karena yang Rp.2.500,- sudah mendapat subsidi dari pemerintah.

Kondisi dilapangan harga minyak goreng masih fluktuatif, minyak curah sawit Rp.12.000,- per liter sedangkan minyak barco Rp.14.000,- per liternya.