14 April, 2008


SEMINAR KEGAWATDARURATAN DI KLINIK SITI CHOTIJAH WATES

Dr. Hasto Wardoyo: Banyak Anak Banyak Subsidi

Angka persalinan di Indonesia cukup tinggi, meskipun sudah relatif turun dibandingkan sebelum adanya program keluarga berencana (KB). Angka persalinan diperkirakan sekitar 1,5%, artinya setiap populasi 1 juta jiwa, akan terjadi sekitar 15000 persalinan per tahun. Dari 200 juta penduduk Indonesia bisa terjadi persalinan 3 juta bayi per tahun, seperti layaknya setiap tahun tambah satu propinsi DIY, luar biasa cepat pertumbuhan penduduk kita sehingga pemerintah juga kewalahan untuk memberi makan.

Demikian dikatakan Spesialis kebidanan dan Kandungan serta Konsultan bidang Endokrinologi Reproduksi dan Infertilitas dan Penangung jawab unit pelayanan reproduksi dan kontrasepsi RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta, Dr.H.Hasto Wardoyo, SpOG.KFER, dalam seminar tentang Kegawatdaruratan di Klinik Umum Siti Chotijah Wetan Pasar Wates, Sabtu (12/4). Acara diselenggarakan dalam rangka memperingati hari ulang tahunnya yang ke tiga. Selain seminar beberapa waktu lalu juga telah diselenggarakan pengobatan gratis untuk 300 orang lanjut usia di sekitar klinik.

“Betambahnya penduduk, pemerintah kewalahan memberi makan, karena tidak setiap manusia yang lahir bisa mengidupi dirinya sendiri meski sehat tanpa cacat, aneh ya, sedangkan burung saja bisa hidup mandiri. Oleh karena itu pemerintah harus mensubsidi sehingga kenyataan tidak banyak anak banyak rejeki tapi banyak anak banyak subsidi, inilah yang namanya ledakan penduduk yang terkadang lebih ngeri dari pada ledakan bom,”kata staf bagian Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran UGM yang kelahirani Kulonprogo.

Sementara itu berkaitan dengan angka kematian ibu dan bayi, menurutnya masih sangat tinggi dan tertinggi di ASEAN yaitu kematian bayi sekitar 57 per 1000 kelahiran, dengan kata lain setiap 20 kelahiran satu bayi akan mati. Angka kematian ibu mencapai 307 kematian per 100.000 kelahiran.

“Apabila dalam satu tahun ada 3 juta persalinan maka ibu-ibu yang mati karena melahirkan mencapai 10.000 orang, aneh ya melahirkan saja kok pakai mati segala, sedangkan kambing saja tidak pernah mati karena melahirkan, di negara tetangga Singapura dari 100.000 kelahiran hanya ada kematian 8,”kata dokter yang disukai oleh kaum perempuan muda dan pemilik Klinik Bersalin “SEMAR” di Babarsari Sleman.

Dalam kesempatan tersebut sekretaris program pendidikan spesialis OBS-GI dan sekretaris program pendidikan Konsultan FER dan sekretarsi umum POGI DIY, memang banyak bicara hal-hal yang menyangkut penyelematan persalinan.

MEDIA DAPAT MENJADI BRAND PEMERINTAH DAERAH
Dalam menjalankan tugas dan fungsi masing-masing Pemerintah Daerah dan media massa, sama -sama saling membutuhkan. Karena itu selain menjalin kerjasama dengan masyarakat, juga menjalin kerjasama dengan media.
Hal tersebut dikatakan Wakil Bupati Drs.H.Mulyono dalam acara Sosialisasi Kode Etik Jurnalistik dan Kinerja Media di Kampung Resto dan Cafe , Sabtu (12/4). Acara diselenggarakan Kantor Hubungan Masyarakat Pemkab Kulonprogo bekerjasama dengan PWI Yogyakarata. Acara dihadiri pejabat SKPD serta wartawan.
Mulyono menambahkan dalam menjalankan fungsinya aparat pemkab memerlukan media. Melalui media dapat terbentuk informasi yang cepat ke masyarakat. Demikian sebaliknya permasalahan di masyarakat juga akan cepat terbaca oleh aparat pemerintah melalui media.
Wabup meminta aparatnya menjalin hubungan baik dengan insan media. Khusus kepada media, agar dikembangkan jurnalisme empati.
Sementara Ketua PWI Yogyakarta, Octo Lampito mengatakan bahwa hak untuk memperoleh informasi dilindungi undang-undang, oleh karena itu baik aparat pemerintah maupun lembaga apapun wajib memberikan informasi kepada yang membutuhkan.
Harus diakui media dapat menciptakan brand bagi pemerintah daerah sekaligus bisa menjadi sarana koreksi kinerja. Yang lebuh penting lagi, media mempunyai peran untuk menyebarkan berbagai program dan kinerja pemda. Apalagi di DIY masyarakat termasuk yang paling gemar membaca koran di Indonesia.
Karakter pejabat di DIY ada dua tipe, pertama ada yang suka banyak diberiatakan, namun ada yang enggan diberitakan karena menganggap media sebagai tukang kritik, pejabat takut ketahuan kekuarangannya.
Menurut Octo, tipe pejabat yang disukai oleh wartawan untuk diwawancarai sebagai narasumber antara lain para top leader, pejabat yang berprestasi, pejabat yang tidak hanya jago kandang, yang punya analisis tajam, kaya data dan mudah dihubungi.
Kepala Kantor Humas, Drs.R.H.Agus Santosa,MA mengatakan tujuan acara untuk menambah wawasan para pejabat ketika harus berhadapan dengan pers. Juga menjalin kerja sama yang lebih baik.
Dalam sesi dialog muncul beberapa hal menarik, diantaranya instansi yang setiap hari kedatangan wartawan untuk mencari berita, namun ujung-ujungnya minta uang untuk transport. Padahal medianya tidak jelas, terbitnya, alamatnya.