12 November, 2008


PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL KULONPROGO

Menkes : Kualitas Pelayanan Kesehatan Masih Rendah

Sementara ini sebagian besar rakyat kita masih belum menikmati akses pelayanan kesehatan atau masih rendah kualitas pelayanan kesehatan yang diterimanya, diukur dengan masih tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi, prevalensi gizi kurang dan gizi buruk, yang masih mengancam masyarakat kita terutama bagi masyarakat yang miskin dan masyarakat hampir miskin.

Hal ini dikatakan Menteri Kesehatan RI,Dr.dr.Siti Fadilah Supari,Sp.JP(K), dalam sambutan tertulis yang dibacakan Wakil Bupati Kulonprogo, Drs.H.Mulyono pada upacara Peringatan Hari Kesehatan ke-44 tahun 2008 tingkat Kabupaten Kulonprogo di halaman Pemkab, Rabu (12/11). Turut hadir Ketua DPRD Kulonprogo Drs.H.Kasdiyono, Muspida, Sekda, Asekda, kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), sedang peserta upacara dari PNS, dan organisasi profesi di bidang kesehatan seperti Bidan, Perawat dan Pramuka Saka Bhakti Husada. Dalam kesempatan tersebut sekaligus diserahkan berbagai hadiah kejuaraan dari beberapa lomba seperti Dokter Gigi Teladan juara I-III Drg.Martinus Sunarto Puskesmas Girimulyo II, Drg Wira Utami Pratiwi Puskesmas Sentolo II dan Drg Diah Widi Astuti Puskesmas Kokap I, Bidan Teladan I-III Dwi Suprihatin Rahayu,A.Md.Keb Puskesmas Girimulyo I, Lucia Eko Murniati A.Md.Keb Puskesmas Galur I, Aprensia Diana Dharmasanti Puskesmas Kokap I, Sanitarian Teladan I-III Haryani,SKM Puskesmas Panjatan, Budi Wiyoso,SKM Puskesmas Wates, Agus Priyanto,SKM Puskesmas Temon I, Nutrisionis Teladan I-III, Jawahir Puskesmas I, Sumarjono,S.Gz Puskesmas Kokap II, Navang Wahyu Santoso,S Gz.RD Puskesmas Girimulyo II, Puskesmas berprestasi I-III Puskesmas Sentolo I, Puskesmas Wates, Puskesmas Nanggulan, Desa Sehat I-III Desa Janten Temon, Desa Ngargosari Samigaluh, Desa Tayuban Panjatan.

Dalam kesempatan tersebut, usai upacara Wabup dan rombongan menyaksikan kegiatan Khitanan Massal yang diikuti 110 peserta di Gedung Kaca. Agenda kegiatan HKN Kulonprogo akan diakhiri dengan Senam dan Jalan Sehat Massal, Jum’at (21/11) mendatang.

“Kita semua memgharapkan bangsa Indonesia dengan keadaan geografis yang begitu luas, terdiri dari daratan, lautan, gunung dan lembah, dengan ketersediaan akses pelayanan kesehatan yang luas dan berkulitas seharusnya juga memiliki penduduk yang berkualitas, agar mampu mengelola dan memanfaatkan Semua potensi dari negara ini secara maksimal. Oleh karena itu, menjadi penting peranan sektor kesehatan dalam meningkatkan kesejahteraan mayarakat dan produktivitas suatu bangsa, disamping peran sektor pendidikan dan ekonomi,”katanya.

Menkes menekankan kembali betapa pentingnya peranan kesehatan dalam pembangunan sumberdaya manusia. Karena kemakmuran suatu bangsa tidak hanya dapat diukur dengan pembangunan fisik saja, tetapi penting pula pembangunan manusianya. Selama empat tahun ini berbagai upaya pembangunan kesehatan telah dilakukan. Kita sudah membenahi Puskesmas dan Rumah Sakit. Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan dasar, bukan saja secara fisik di tingkatkan tapi juga memiliki sistem dan SDMnya, sehingga peranan dan fungsinya dapat dimantapkan sebagai unit kesehatan terdepan, dimana bukan saja Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang dilaksanakan secara mantap, tetapi kualitas Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) juga lebih ditingkatkan. Peningkatan UKP diarahkan untuk peningkatan di fasilitas kesehatan terpencil sehingga mampu memberikan pelayanan maksimal dan tuntas. Peran dalam UKM lebih ditingkatkan terutama dalam membina berbagai upaya kasehatan berbasis masyarakat yang terwadahi dalam bentuk Desa Siaga.

. “Kini jumlah Desa Siaga telah mencakup lebih 50% dari jumlah desa yang ada, dan diharapkan pada tahun 2009 seluruh desa di Indonesia telah menjadi desa siaga. Begitu pula SDM strategis tenaga medis dan paramedis juga terus ditingkatkan pengelolaannya melalui berbagai program pengangkatan menjadi CPNS, PTT, kerjasama daerah, dan beasiswa terus ditingkatkan penyebarannya keseluruh pelosok tanah air. Sedangkan rumah sakit diarahkan sebagai sarana kesehatan yang mampu mengatasi masalah kesehatan rujukan yang handal, bermutu dan mengutamakan keselamatan pasien (patient safety). Begitu pula Dana Dekonsentrasi maupun Tugas Perbantuan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang kesehatan untuk daerah, setiap tahun ditingkatkan yang berdampak langsung untuk masyarakat,”kata Menkes.

Wabup: Angka Kematian Ibu Melahirkan Masih Tinggi

Tingginya angka kematian ibu hamil, melahirkan, nifas dan bayi semua itu yakni keterlambatan. Keterlambatan tersebut meliputi terlambat dalam mengambil keputusan, terlambat mencapai tempat fasilitas kesehatan dan terlambat dalam penatalaksanaan difasilitas kesehatan. Di samping itu pengertian resiko tinggi belum di pahami dengan baik oleh ibu hamil dan keluarganya. Disamping itu satu atau lebih kombinasi tiga jenis komplikasi maternal yaitu pendarahan, infeksi, dan eklamsia.

Hal tersebut dikatakan Wakil Bupati Kulonprogo, Drs.H.Mulyono ketika menrima Tim Akreditasi Kecamatan Sayang Ibu tingkat Propinsi DIY di Balai Desa Demangrejo Sentolo, Selasa (11/11). Acara dihadiri Kadinas Dukcapilkabermas Kulonprogo, Drs.Sarjana, Camat Sentolo Drs.Jazil Ambar Was’an dan anggota Satgas GSI desa se-Kecamatan Sentolo

“Kehamilan resiko tinggi berpengaruh besar terhadap bayi yang akan dilahirkan, bayi mengalami gangguan kesulitan bernafas atau bayi meninggal sebelum lahir. Keadaan demikian akan meningkatkan angka kematian perinatal dan neonatal,”kata Mulyono.

Ditambahkan upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu antara lain adanya ketepatan sasaran yang hendak ditanggulangi, dengan demikian pengenalan sebab-sebab kematian baik langsung maupun tidak langsung mutlak diperlukan. Pengenalan sebab-sebab kematian ibu merupakan dasar bagi penyusunan strategi upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dalam rangka peningkatan sumberdaya manusia. Sehingga melalui akreditasi kecamatan sayang ibu ini Wabup berharap, dapat lebih meningkatkan kepedulian kita tentang berbagai faktor yang menyebabkan kematian ibu melahirkan dan kematian bayi, serta meningkatkan upaya penanggulangan secara integratif. Masyarakat bersama-sama membangun komitmen, menggalang kebersamaan, membuat mekanisme rujukan sesuai dengan kondisi sehingga ibu tidak terlambat ditolong oleh petugas terlatih.

“Gerakan sayang ibu yang merupakan upaya untuk mewujudkan hak dan kesehatan reproduksi serta untuk mendorong upaya menurunkan angka kematian ibu hamil, melahirkan, nifas dan bayi melalui peningkatan kesadaran dan tanggung jawab semua pihak dalam bentuk gerakan masyarakat bersama pemerintah”ujarnya.

Sementara Ketua Satuan Tugas (Satgas) Gerakan Sayang Ibu (GSI) kecamatan Sentolo,Tri Susilowati,BA mengatakan GSI yang dicanangkan oleh Presiden pada tanggal 22 Desember 1996 ternyata dirasakan bahwa gerakan sayang ibu masih sangat diperlukan oleh masyarakat. Karena pembentukan manusia berkualitas yang akan menjadi penerus bangsa dimulai sejak masih dalam kandungan, balita, anak, remaja, dewasa sampai dengan lanjut usia. Oleh karena itu peningkatan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak merupakan faktor paling strategis untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia.

“Dalam tiga tahun terakhir,2006-2008 ini di wilayah kecamatan Sentolo, tidak terjadi adanya kematian ibu melahirkan, sedangkan untuk jumlah angka kematioan bayi dan balita, tahun 2006 terdapat 7 kematian, 2007 terdapat 16 dan 2008 tercatat 11, meliputi indikator lahir mati, IUFD, kematian neonatan dan kematian anak usia 1-5 tahun,”jelasnya.