15 April, 2008

Pepadi Akui Lemahnya Manajemen Organisasi

Selayaknya sebuah organisasi agar bisa bertahan dan selalu eksis harus kuat dalam berbagai hal. Seperti, kondisi keuangan, kepengurusan maupun manajemen organisasinya. Namun sebagai sebuah organisasi, Paguyuban Pedalangan Indonesia (Pepadi) mengakui lemah dalam manajemen organisasi. Hal tersebut merupakan salah satu sebab organisasi pepadi belum bisa berkembang dengan baik dan menunjukan eksistensinya dalam mendukung upaya pembangunan di daerah.

Untuk itu, permasalahan-permasalahan sudah waktunya untuk dievaluasi dan selanjutnya diperbaiki. Agar di masa depan organisasi pepadi dapat terus eksis dan bisa selalu berpartisipasi dalam membangun daerah melalui seni pedalangan.

Demikian dikatakan oleh Ketua Pepadi Yogyakarta Ki Edi Endartono Selasa (15/4), dalam rangka Musda Pepadi Kabupaten Kulon Progo di Aula Pusat Penyelamatan Satwa Jogjakarta (PPSJ). Musda tersebut juga dihadiri oleh Wakil Bupati Kulon Progo Drs. H Mulyono, Kepala Diparda Drs. Bambang Pidegso, MSi, Kakan Humas Drs. R. Agus Santosa,MA, Ketua Pepadi Ki Sumono serta para seniman dalang.

Kelemahan-kelemahan tersebut, selanjutnya harus dikoordinasikan dalam organisasi sehingga ditemukan cara untuk memperbaikinya. “Namun memang kami juga mengakui, bahwa mengatur seniman memang susah. Karena biasanya mereka bekerja dan berperilaku sesuai dengan karakter masing-masing yang memang cenderung susah untuk diatur,” katanya.

Namun, meskipun memiliki sifat susah untuk diatur seniman tetaplah manusia yang juga memiliki sifat-sifat positif dan hati nurani yang baik. Dari hati nurani tersebut diyakini terkadung pula sebuah tekad untuk bisa selalu berpartisipasi dalam mewujudkan pembangunan melalui wadah Pepadi. Jadi melalui Musda, diharapkan dapat memilih kepengurusan yang baik. Yang bisa membawa pepadi kepada sebuah kemajuan baik dalam organisasi maupun pembangunan daerah, lanjutnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Kulon Progo Drs. H Mulyono menyambut baik diadakannya Musda Pepadi tersebut. Diharapkan, dengan Musda dapat dipilih seorang pemimpin dan kepengurusan organisasi yang bisa membawa kemajuan bagi Pepadi dan juga daerah. Karena saat ini, seni pedalangan dirasakan semakin menghilang di masyarakat seiring dengan perkembangan jaman dan berkurangnya seniman dalang khususnya di Kulon Progo.

Di sisi lain, Wabup juga mengharapkan agar seni pedalangan atau perwayangan dapat dimasukan ke dalam pelajaran di sekolah sebagai sebuah program muatan lokal (mulok). “Karena anak-anak sekarang lebih mengenal tokoh-tokoh komik dari luar negeri dari pada mengenal tokoh-tokoh perwayangan,” katanya.

Padahal, seni wayang merupakan kebudayan asli daerah yang mengandung berbagai pelajaran yang baik dan adiluhung. Selain itu, dengan dimasukannya seni perwayangan sebagai pelajaran mulok di sekolah, seni wayan dan krawitan akan lebih membumi dan semakin dikenal olah anak-anak kita, lanjut Mulyono.

Musda tersebut, diadakan untuk membentuk kepengurusan, menentukan ketua serta AD/ART pepadi yang baru periode 2008-2011. Karena sesuai dengan peraturan yang ada masa bhakti pengurus pepadi yang terbentuk di tahun 2004 sudah berakhir.