07 Januari, 2009


Selama Liburan Pengunjung Perpustakaan Meningkat

Selama waktu liburan sekolah, jumlah pengunjung perpustakaan umum Kulon Progo meningkat cukup drastis. Setiap hari rata-rata jumlah pengunjung di atas 200 orang yang sebagian besar adalah usia siswa SD hingga SLTA. Pada hari-hari biasa jumlah pengunjung berkisar 100-150 orang.

Demikian dikatakan Kepala Kantor Perpustakaan Umum Daerah Kulon Progo Agung Kurniawan SIP MSi usai menerima bantuan kanopi sebagai tempat parkir kendaraan pengunjung dari BPD DIY Cabang Wates, Rabu (7/12) di kantornya. Bantuan tersebut diserahkan secara simbolis oleh Pimpinan BPD DIY Cabang Wates Dra Rahayu Sri Mulyani, MM.

Untuk menarik pengunjung, tambah Agung, khusnya anak-anak usia SD selama liburan pihaknya memutar film anak-anak seperti Harry Potter. Pemutaran film dilakukan setelah pukul 12.00 siang, ujar Agung.

Lebih jauh mantan pejabat BKD Kulon Progo ini menyatakan, dalam beberapa waktu terakhir pengunjung mahasiswa juga naik tajam. Setiap bulan rata-rata mencapai 600 orang. Hal itu disebabkan Perpustakaan Umum saat ini memiliki koleksi referensi hasil penelitian, skripsi dan disertasi tentang Kulon Progo cukup banyak. “Selain membaca buku-buku ilmiah sebagian besar mahasiswa yang sedang melakukan penelitian mencari referensi tersebut,” terangnya.

Menyinggung tentang kanopi bantuan BPD DIY Cabang Wates yang diterimanya Agung menyatakan, sangat membantu pelayanan bagi pengunjung. Sebab tempat parkir yang ada masih relatif sempit dan biasanya tidak muat untuk menampung kendaraan pengunjung. “Dengan adanya kanopi semua kendaraan pengunjung bisa ditempatkan ditempat yang teduh dan lebih rapi,” katanya.

Sementara Rahayu Sri Mulyani berharap agar bantuan tersebut bisa lebih mengoptimalkan pelayanan Perpustakaan Umum Kulon Progo. Dia berjnji di waktu yang akan datang akan memberikan bantuan lain seperti buku atau fasilitas lain yang dibutuhkan. “Ini merupakan kontribusi kami untuk meningkatkan kualitas SDM Kulon Progo, khusunya melalui peningkatan gemar membaca,” katanya.


SETELAH VAKUM 10 TAHUN

Pakualaman Kembali Gelar Labuhan

Puro Pakualaman kembali melakukan acara ritual berupa labuhan di Pantai Glagah Indah Temon Kulon Progo, Rabu (7/1). Acara rutin yang dilakukan kerabat Puro Pakualaman ini sebenarnya telah berlangsung lama, namun sempat vakum atau terhenti selama 10 tahun, karena wafatnya orang yang diberi kepercayaan oleh pihak Puro.

Salah satu kerabat kraton Puro yang hadir , KPH Indrokusumo menjelaskan ritual Labuhan yang diselenggarakan ini sebenarnya telah berlangsung sejak turun temurun, namun pada tahun 1998 sempat terhenti karena yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan wafat dan baru setelah 10 tahun ini ada yang berani. “ Labuhan ini awal dari ritual Puro yang nantinya dilakukan setiap tanggal 10 bulan Suro tahun Jawa, ini sempat berhenti selama 10 tahun, karena yang bertanggung jawab wafat, sekarang sudah ada dan berani bertanggung jawab,” terang Indro.

Ritual Labuhan Hajad Dalem KGPAA Paku Alam IX, dihadiri oleh kerabat Puro antara lain Permaisuri Gusti Kanjeng Raden Ayu (GKRA) Adipati Pakualam, KPH, Indrokusumo, BRM Haryo Seno, BRM Aryo Damandono, dari Pemkab Kulon Progo Bupati H.Toyo Santoso Dipo, Asisten Pembangunan Ir.Agus Anggono, Kadinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Drs.Bambang Pidegso, Msi, Camat Temon Dra.Sri Utami,M.Hum.

Acara labuhan diawali dengan serah terima uba rampe labuhan berupa dua gunungan palawija, pakaian bekas, serta sesaji yang akan dilabuh dari pihak Puro yang diserahkan kepada abdi dalem yang diwakili Kades Glagah di Pesangrahan Paku Alaman. Selanjuntnya semua uba rampe di arak dengan jalan kaki menuju lokasi labuhan di pantai Glagah yang berjarak sekitar 3 km. Kirab uba rampe diawali pasukan Puro Bregodo Lombok Abang yang menggenakan pakaian serba merah dengan tombak kemudian sesaji dan gunungan, yang dibelakangnya pasukan Puro Bregodo Plangkir yang berpakaian serba hitam dengan menggenakan senapan .

Sebelum dilabuh, uba rampe terlebih dahulu singgah di Joglo Labuhan untuk melaksanakan doa. Usai dilakukan doa baru dibawa ke laut untuk dilabuh. Uba rampe yang dilabuh berupa pakaian bekas Puro kemudian gunungan yang kemudian menjadi rebutan oleh para pengunjung.