19 Mei, 2008

UPACARA HARI KEBANGKITAN NASIONAL DI ALUN-ALUN WATES

Upacara memperingati 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional tingkat Kabupaten Kulonprogo berlangsung Senin (19/5) di Alun-alun Wates. Bertindak sebagai Inspektur Upacara Bupati Kulonprogo H.Toyo Santoso Dipo yang sekaligus membacakan amanat.
Turut hadir Ketua DPRD, Drs. Kasdiyono, Muspida para Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkup pemda Kulonprogo. Sementara peserta upacara terdiri TNI, POLRI, Dan sat Radar, Brimob, PNS, Ormas Pemuda, Pelajar SD hingga SLTA.

BIODIGESTER

BIOGAS ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BBM

Menghadapi krisis energi yang saat ini sedang marak dibicarakan, seharusnya masyarakat memiliki kesadaran untuk mengupayakan pemanfaatan sumber energi yang dapat dihasilkan sendiri. Energi yang saat ini sangat mungkin dihasilkan sendiri adalah biogas, yang dihasilkan dari kotoran ternak, terutama sapi.
Untuk menghasilkan biogas, saat ini Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah memacu pembangunan biodigester sebanyak 117 di 88 desa, sebagian besar diantaranya didanai oleh Pemkab Kulon Progo. Dana yang dibutuhkan untuk pembuatan biodigester sekitar Rp. 9 juta per unit. Dengan biodigester ini kotoran ternak terurai menjadi gas biologis yang dapat langsung dinikmati melalui kompor gas warga.
Menurut Bupati Kulon Progo, H. Toyo Santoso Dipo, kebutuhan akan pemanfaatan energi alternatif harus berasal dari masyarakat iti sendiri. Hal ini disebabkan masyarakat merupakan pemakai langsung dari energi untuk memenuhi kebutuhan hidup harian.
“Pemerintah daerah tidak tinggal diam dalam memanfaaykan energi alternatif ini. Kami sudah mulai menyosialisasikan pemanfaatan energi alternatif dalam bentuk percontohan. Salah satunya dengan pengadaan biodigester sebagai penghasil biogas di setiap desa,” tutur Bupati di sela-sela kunjungan kerja di Desa Jatisarono, Nanggulan Kulon Progo, Sabtu (17/5).
Dari percontohan ini, Toyo berharap dapat menggugah kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan energi alternatif di tengah ancaman kenaikan harga bahan bakar minyak. “Kalau hanya di ceramahi tanpa disertai contoh, masyarakat tidak akan tergugah,” ujar Toyo.
Dengan percontohan biodegister, masyarakat dapat menghitung sendiri biaya yang dibutuhkan sehingga dapat langsung membandingkan dengan harga bahan bakar minyak. Selain lebih hemat, biodigester dinilai lebih menguntungkan karena warga bisa memperoleh penghasilan tambahan dari memelihara ternak sebagai penghasil kotoran. Ditargetkan setiap tahun akan ada 15 bio digerter baru yang dibangun di Kulon Progo yang mampu melayanim kebutuhan bahan bakar 3-4 rumah tangga, demikian dikatakan Kepala Dinas Pertanian dan Kelautan Kulon Progo Ir. Agus Langgeng Basuki.
Guna mempercepat pertumbuhan penggunaan biodigester, Bupati telah menyiapkan solusi khusus. Dalam waktu dekat, ia berencana akan menggulirkan kredit lunak yang akan dimulai dari para pengusaha kecil dan menengah.