10 September, 2008

Tiga Pedukuhan di Desa Margosari Kekurangan Air Bersih

Tiga pedukuhan di Desa Margosari, Pengasih yaitu, Pedukuhan Kalipetir Lor, Kalipetir Kidul dan Kalisoka kekurangan air bersih. Kekurangan air bersih tersebut akibat dampak dari terjadinya kemarau yang telah terjadi beberapa bulan terakhir. Hal ini menyebabkan persediaan air bersih bagi warga di tiga pedukuhan tersebut yang kebanyakan hanya mengandalkan sumur habis, sebelum datangnya musin penghujan.

Menurut penuturan Kepala Desa Margosari Saranta, Rabu (10/9), saat menerima bantuan air bersih dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Yogyakarta di Pedukuhan Kalipetir Kidul. Penyerahan air bersih juga dihadiri oleh Wabup Kulon Progo Drs. H. Mulyono, Assek II Ir. Agus Anggono, Ketua HIPMI DIY Aji Setyo Wibowo,SE, Camat Pengasih Drs. Sri Harmintarti,MM, Lurah Kades Margosari Saranta dan ratusan masyarakat yang lainnya. Kekeringan tersebut memang selalu menjadi agenda rutin bagi tiga pedukuhan di Desa Margosari. Karena selama ini belum ada pembangunan infrastruktur sebagi penyedia air bersih yang mampu mencukupi kebutuhan warga. “Memang beberapa waktu lalu ada pembangunan infrastruktur sebagai penyedia air bersih yaitu, di Pedukuhan Kalipetir Kidul berupa sumur pompa. Namun masih belum bisa mencukupi kebutuhan air bersih bagi warga secara menyeluruh pada saat musim kemarau,” katanya.

Hal ini menyebabkan permasalahan tersendiri bagi Desa Margosari karena sampai saat ini belum ada pemecahannya. Saranta mengaharapkan pemkab Kulon Progo bisa memberikan perhatian yang lebih bagi ketiga pedukuhan tersebut. Karena kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan pokok bagi warga masyarakat dalam mempertahankan kelangsungan hidup.

Disisi lain, sebagai gambaran pemecahan permasalahan tersebut Saranta menjelaskan bahwa di wilayah Desa Kaliagung, Sentolo terdapat tower (penampungan air) dari Waduk Sermo. “Mungkin pemkab bisa membuat jaringan air bersih ke wilayah ini karena jaraknya cukup dekat. Hal ini mungkin bisa menjadi gambaran pemecahan masalah dari permasalahan kekeringan ini,” lanjutnya.

Dampak dari kekeringan ini juga dituturkan oleh salah seorang Warga Pedukuhan Kalipetir Kidul Sumijo, yang sudah 4 bulan terakhir harus mencari air bersih ke daerah lain guna memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Kesulitan ini semakin dirasakan Sumijo karena jarak tempuh antara rumah tempat tinggal dengan sumber air cukup jauh yaitu, mencapai 2-3 km. “Setiap hari kami harus mencari air dengan menempuh jarak 2-3 km karena kami tidak mampu untuk membeli air bersih dari PDAM yang harganya mencapai Rp 150-200 ribu,” katanya.

Sementara itu, Ketua HIPMI Yogyakarta Aji Setyo wibowo,SE mengatakan bahwa bantuan air bersih yang akan disalurkan ke warga masyarakat sebagai salah satu program ‘HIPMI Berbhakti’ sebanyak 100 tanki air bersih dengan kapasitas 4.000 liter/tanki. Untuk Kabupaten Kulon Progo sebanyak 30 tanki dan sisanya untuk mencukupi kebutuhan air bersih di daerah lain seperti, Kabupaten Bantul, Sleman dan Gunung Kidul.

Selanjutnya, program HIPMI Berbhakti juga memberikan gambaran dan juga pengertian kepada masyarakat bahwa HIPMI selaku himpunan dari pengusaha-pengusaha tidak selalu bertujuan pada profit oriented (keuntungan). “Namun HIPMI juga ingin mengabdi dan selalu peduli kepada permasalahan-permasalhan sosial yang terjadi di masyarakat,” katanya.

Sementara itu, Wakil Bupati Kulon Progo Drs. Mulyono mengatakan bahwa saat ini pemkab Kulon Progo telah mengkaji kemungkinan untuk membuat jaringan air bersih dari Sungai Tinalah, Samigaluh untuk mencukupi kebutuhan air bersih bagi penduduk Kulon Progo Wilayah Utara. Karena meskipun musim kemarau, debit air di Sungai Tinalah masih cukup besar dan diyakini mampu untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga Kulon Progo wilayah utara.

Karena kalau hanya mengandalkan sumber air bersih yang selama ini digunakan yaitu, mata air Clereng dan Sermo jelas masih kekurangan. Karena seperti halnya Waduk Sermo, meskipun dialiri dari 7 buah sungai yang ada namun selalu kering kalau musim kemarau. “Hal ini tentu menjadikan permasalahan. Dan kami melihat Sungai Tinalah sebagai salah satu sumber air yang memiliki potensi yang baik di masa mendatang untuk dikembangkan,” katanya.

Di sisi lain, Wabup mengharapkan agar masyarakat juga bisa secara bersama-sama menjaga konservasi alam guna menjaga sumber air yang selama ini ada. Karena permasalahan yang terpenting dalam manajemen air adalah bagaimana menghambat air pada saat musim penghujan agar tidak segera sampai di laut. Karena pada musim kemarau air ini akan menjadi kebutuhan pokok dari masyarakat, lanjutnya.