06 Maret, 2008

MENGENAL DAN MENGENANG PERJUANGAN KI SODEWO

Trah Ki Sodewo, Rabu sore (5/3) berkumpul untuk mengenang dan berbagi informasi mengenai perjuangan Ki Sodewo yang tak lain adalah moyangnya. Dalam acara tersebut mereka mengunjungi petilasan Ki Sodewo di Gunung Songgo, Kaliagung, Sentolo tempat yang diyakini dahulunya sebagai kuburan kepala Ki Sodewo. Karena kesaktiannya yang memiliki ilmu Pancasona Bumi, maka ketika tertangkap oleh penjajah Belanda, Ki Sodewo dipenggal dan tubuhnya dikuburkan secara terpisah dari kepalanya. Makam Ki Sodewo sendiri saat ini terletak di Pemakaman Sideman Giripeni. Penyatuan kepala dan jasad di makam tersebut dilakukan oleh salah satu buyut Ki Sodewo yang bernama Mento Irono.

Ki Sodewo adalah putera dari Pangeran Diponegoro sekaligus cucu dari Sri Sultan Bamengku Buwono III. Ki Sodewo lahir di wilayah Madiun pada tahun 1810 dari Garwo Ampeyan BRAy. Citrowati Sosrodirjo dengan nama Raden Mas Singlon. Pada masa perang Diponegoro 1825-1830 Raden Mas Singlon ikut membantu sang ayah bergerilya melawan penindasan penjajah Belanda. Pada saat itulah karena kehebatannya dalam berperang, Raden Mas Singlon mendapat julukan Ki Sodewo yang artinya laki-laki bagaikan dewa. Setelah Pangeran Diponegoro diasingkan ke Makasar, Ki Sodewo meneruskan perjuangan ayahnya pelawan penindasan Belanda.

Perjuangan Ki Sodewo sebagian besar dilakukan di wilayah Kulon Progo meliputi wilayah Samigaluh, Nanggulan, Kalibawang, Sentolo, Panjatan, Lendah, Wates, Pengasih, Girimulyo dan Bagelen. Tempat bersemedi Ki Sodewo terletak di wilayah Gotakan, Giripeni di tempat ini pula Ki Sodewo sempat membangun pesanggrahan untuk menyembunyikan keluarganya dari penjajah Belanda.

Menurut Sadiran, salah satu anggota dari Trah Ki Sadewo, tuhuan dari pertemuan tersebut untuk mencari informasi sejarah dari Ki Sodewo sebanyak mungkin. Dengan mendapatkan data dan informasi yang banyak, diharapkan akan lebih mudah untuk mendapatkan sejarah perjuangan Ki Sodewo seobyektif mungkin. “ Kami harapkan kepada cucu-cucu trah Ki Sodewo untuk mencari data dan informasi sebanyak mungkin guna mendapatkan sejarah perjuangan Ki Sodewo seobyektif mungkin.” ucap Sadiran.

Program PAUD Baru Mencapai 34,3 %

Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kabupaten Kulonprogo yang merupakan pendidikan anak mulai usia 0-6 tahun baru mampu melayani anak sejumlah 11.482 atau 34,3 % dari total 33.443 anak. Meski masih banyak anak yang belum terlayani PAUD, namun hal ini merupakan sesuatu yang mengembirakan, karena program PAUD baru berlangsung beberapa tahun sudah bermunculan dan masyarakat memanfaatkan keberadaan PAUD yang ada disekitar tempat tinggal. Sehingga 2012 semua anak usia dini di Kulonprogo direncanakan sudah terlayani PAUD baik yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal berupa Taman Kanak-kanak (TK), non formal berupa Kelompok Bermain (KB), Pos PAUD atau Bina Kelauarga Balita (BKB) di masing-masing pedukuhan se-Kulonprogo.
Hal tersebut diungkapkan Kasie Pendidikan Formal dan Non Formal Dinas Pendidikan Kulonprogo, Drs.Haryana, ketika menerima kunjungan kerja study banding DPRD Jepara di Ruang Pertemuan Dinas Pendidikan Unit I, Kamis (6/3). Rombongan Komisi C sejumlah sebelas orang yang dipimpin Ketua komisi Nurul Aini,S,IP,S.Pd,M.Si selain melakukan study banding tentang pendidikan anak usia dini (PAUD) juga permasalahan pelayanan kesehatan warga miskin
”Keberadaan PAUD yang merupakan program dari pemerintah pusat, meski belum mampu melayani semua anak, namun keberadaannya telah menyebar secara merata di setiap desa, hal ini tidak terlepas kerjasama dengan lembaga yang ada di masyarakat seperti PKK, Aisyiyah, Muslimat NU, serta LSM,” terang Haryana.
Bagi warga masyarakat yang ingin mendirikan PAUD, pemkab tidak mempersulit ijin pendirian bahkan ijin digratiskan. Ketentuan untuk mendirikan PAUD terdapat sebuah lembaga yang bertanggung jawab untuk mengajukan ijin dengan persyaratan adanya tenaga pengelola, tenaga pengajar, anak didik, sarana prasarana, tempat meskipun hanya meminjam dan kegiatan telah berjalan minimal 6 bulan. ”dalam hal ini perijinan sangat dibutuhkan bahkan yang belum berijin diberi motivasi untuk mengajukan karena berhubungan dengan adanya penyaluran bantuan,”terangnya.
Sementara hambatannya adalah persoalan tenaga kependidikan yang sesuai kompetensi bidang tugasnya masih minim, kalaupun ada yang sesuai, insentif yang diterima masih jauh dari ketentuan upah minimal. Sehingga yang muncul tenaga pendidik dari lulusan SLTA bahkan SLTP. Untuk meningkatkan pengetahuan keberadaan tenaga pendidik yang ada diberikan pelatihan dan study banding.
Usai menerima penjelasan dari Dinas Pendidikan rombongan Komisi C DPRD Kabupaten yang terkenal dengan ukirannya ini melanjutkan kunjungan ke RSUD Wates untuk melihat pelayanan kesehatan masyarakat melaui Askeskin yang diterima Direktur dr.H.Bambang Haryatno,M.Kes dan jajaran RSUD Wates.