22 Juni, 2008

ALIH STATUS DESA MENJADI KELURAHAN
Upaya Untuk Mempercepat Laju Pembangunan
Alih status desa menjadi kelurahan bagi Desa Wates merupakan startegi untuk mempercepat laju pembangunan. Karena dengan berstatus kelurahan, kesempatan untuk mendapatkan anggaran pembangunan menjadi lebih luas. Seperti bantuan dari Pemerintah Pusat akan dapat diterima dalam jumlah lebih besar.
Demikian dikatakan Wabup Drs H Mulyono di hadapan warga Pedukuhan Kriyanan, Sabtu (21/6) saat melakukan kunjungan kerja (kunker) Bulan Bhakti Gotong Royong (BBGRM) di wilayah Kecamatan Wates. Turut dalam kunjungan tersebut Ketua Komisi II DPRD Drs Sudarminto, Kepala Bappeda Budi Wibowo SH, beberapa pejabat pemkab serta pengurus TP PKK. Rombongan Wabup disambut oleh Camat Wates Drs Anang Suharsa, kepala desa dan tokoh masyarakat.
Dengan demikian, tambah Wabup, alih status tidak akan merugikan perangkat desa atau masyarakat. Tetapi justru akan lebih menguntungkan. Selain laju pembangunan akan lebih cepat, aset yang dikelola juga akan lebih banyakdan jelas.
"Contohnya bekas gedung bisokop ‘Mandala’. Saat ini gedung itu tidak jelas siapa pengelolanya. Kalau ada yang akan menggunakan pasti menghubungi bupati. Padahal itu bukan ranah urusan bupati. Akan lebih tepat kalau nanti yang mengelola KelurahanWates," tuturnya.
Mulyono menegaskan, alih status Desa Wates bukan hanya merupakan keinginan pemkab. Namun merupakan hasil studi kelayakan dari akademisi yang benar-benar kredibel dan independen. Kalau dinilai sudah layak, tentunya itu merupakan jalan terbaik bagi Desa Wates untuk lebih maju, imbuhnya.
"Contoh di beberapa daerah menunjukkan, dengan menjadi kelurahan percepatan pembangunan wilayah menjadi lebih tinggi. Seperti di Purworejo, dengan adanya 25 kelurahan dari 436 desa yang ada kemajuan pembanguan bisa menjadi lebih cepat," terang Mulyono.
Oleh karenanya, Wabup mengharapkan agar perangkat desa dan masyarakat Wates mendukung rencana alih status tersebut. Semua proses akan dirancang secara matang dan dijamin tidak akan ada yang dirugikan, tandasnya.
Mantan pejabat DPU Kota Bandung itu menilai wajar kalau saat ini di tengah masyarakat ada sikap pro dan kontra. Sebab, kata dia, belum semua pihak tahu persis esensi alih status. Ada yang khawatir alih status akan merugikan perangkat desa ataumasyarakat.
"Saya berharap bagi yang belum tahu langsung saja bertanya ke pemkab. Saya dan Pak Bupati siap menerima dalam waktu 24 jam. Kalau tidak bisa menghadaplangsung bisa dengan SMS. Tidak perlu memasang spanduk," ujar Mulyono.
Selain di Kriyanan, kunker juga dilakukan di beberapa desa lain di wilayah Kecamatan Wates, dengan meninjau hasil pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swadaya masyarakat setempat.
Menurut Anang Suharsa, selama 2 tahun terakhir besarnya swadaya mengalami peningkatan 100 persen lebih. Tahun 2006 sebesar Rp. 603.690.700,- dan tahun 2008 mencapai Rp. 1.281.531.000,-. Peningkatan ini menunjukkan partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam pembangunan telah semakin meningkat pula, katanya.

Gedung Puskesmas Wates Diresmikan
Gedung Puskesmas Wates yang baru di Desa Triharjo, Kecamatan Wates, Sabtu (21/6) diresmikan oleh Wakil Bupati Drs H Mulyono. Peresmian dilakukan dengan pemotongan buntal serta membuka pintu Puskesmas. Hadir pada acara itu Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo Dr Lestaryono, M Kes, Camat Wates Drs Anang Suharsa, Plt Kepala Puskesmas Wates drg Agung Sugiyarto dan segenap staf.
Usai peresmian Wabup meninjau beberapa ruang seperti kamar periksa, UGD, laborat serta perawatan gigi. Di ruang perawatan gigi, Mulyono menyaksikan peragaan pemeriksaan gigi dengan menggunakan alat oleh perawat setempat. "Dengan alat ini pemeriksaan dan perawatan bisa dilakukan dengan lebih mudah dan akurat. Pasien tidak perlu dicangap karena kondisi gigi bisa dilihat di monitor, terang Agung.
Mulyono mengharapkan, dengan menempati gedung baru Puskesmas Wates bisa meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Karena dengan gedung yang lebih representatif serta peralatan yang lebih lengkap, Puskesmas akan memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik pula. Jangan sampai terjadi, gedung dan peralatannya lebih baik kok pelayananannya sama atau malah lebih buruk, ujarnya.
"Dibanding Puskesmas-Puskesmas yang lain gedung ini lebih bagus. Sayangnya, kualitas air kurang baik, warnanya kuning. Mungkin karena tempatnya baru. Saya minta Dinas Kesehatan segera menangani hal ini. Jangan sampai air yang kurang baik ini nanti malah menimbulkan masalah baru bagi pasien," imbau Mulyono.