14 Mei, 2009

Penderita AIDs di Kulon Progo 23 Orang

Sejak ditemukan pada tahun 2002, jumlah penderita penyakit AIDs di Kulon Progo secara komulatif mencapai 23 orang. Jumlah terbesar terjadi pada tahun 2008, yakni sebanyak 8 orang. Sedang pada tahun 2009 sampai bulan April terdeteksi sebanyak 5 orang.
Demikian dikatakan Kepala Dinas Kesehatan dr Lestaryono MKes saat menjadi narasumber dalam acara Screening dan Tatalaksana Penanganan Awal HIV dan AIDs di Kulon Progo, Kamis (14/5) di lantai II gedung Binangun I kompleks kantor pemkab. Sosialiasi yang dibua oleh Wabup Drs H Mulyono itu diikuti oleh petugas dari Puskesmas dan tokoh masyarakat. Selain Lestaryono, narasumber lain adalah dr Yunri Wijayanti Subronto SpPD PhD dari Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta.
Jumlah itu, tambah Lestaryono, jauh lebih kecil dari prediksi Komisi Penanggulangan AIDs Naional (PKAN) yang mencapai 326 penderita per tahun. Hal itu terjadi karena adanya penanganan yang cukup intensif serta munculnya kesadaran masyarakat untuk menghindari terjadinya penularan penyakit mematikan tersebut.
Dikatakannya, sekitar 67 persen penyebab terjangkitnya penderita karena berhubungan seks dengan Penjaja Seks Komersial (PSK). “Dari pengkajian yang kami lakukan, kecil jumlah orang Kulon Progo yang merupakan pelanggan PSK. Namun demikian, jumlahnya sangat kecil,” tandasnya.
Sedang menurut Yunri, berjangkitnya penyakit AIDs sebagian besar terjadi di daerah miskin. Seperti yang terjadi di Nepal dan Thailand, jumlah penderita AIDs yang besar ditemukan di kawasan desa yang miskin.
“Hal itu terjadi, antara lain, karena tingkat pendidikan masyarakat yang relatif rendah sehingga kesadaran untuk mengantisipasi penyakit ini juga rendah. Mereka kurang peduli dengan resiko yang ditanggung bila terkena AIDs,” ujarnya.
Sementara Mulyono mengharapkan agar penanggulanan HIV dan AIDs dilaksanakan secara komprehensif dan berkelanjutan dari tingkat pusat hingga daerah. Pelaksanaannya bukan hanya berbentuk program, namun juga pengetahuan dan ketrampilan para petugas medis.
Kemampuan yang diperlukan, tutur Mulyono, adalah identifikasi awal gejala penyakit yang ditimbulkan vrus HIV sehingga dapat ditangani dengan cepat dan tepat. “Kemampuan seperti itu harus benar-benar dikuaai oleh petugas medis agar penderita AIDs bisa tertangani secara cepat dan efektif,” imbuh Wabup.