02 Januari, 2009


509 Pejabat Pemkab Kulon Progo Dilantik

Sebanyak 509 pejabat eselon II hingga V di lingkungan Pemkab Kulon Progo, Jumat (2/1) dilantik secara massal oleh Bupati H Toyo Santoso Dipo di gedung Kesenian Wates. Selain melantik para pejabat, pada kesempatan itu Toyo juga mengangkat 43 Sekretaris Desa (Sekdes) menjadi PNS. Acara itu dihadiri oleh Wakil Bupati Drs H Mulyono, Ketua DPRD Drs H Kasdiyono, jajaran Muspida dan Ketua TP PKK Hj Wiwik Toyo Santoso Dipo.

Pejabat yang dilantik antara lain, Drs H So’im sebagai Sekda, Drs Sutedjo sebagai Asisten Pemerintahan Kesejahteraan Rakyat, Ir Agus Anggono sebagai Asisten Perekonomian Pembangunan dan Sumberdaya Alam serta Muqodas Rozie, SH sebagai Asisten Administrasi Umum Sekretariat Daerah.

Di samping pejabat-pejabat tersebut beberapa pejabat promosi sebagai pejabat eselon II untuk menempati jabatan kepala pada dinas dan badan baru. Yakni Dra Niken Probo Laras, S Sos, MH sebagai Kepala Dinas Koperasi UMKM, Drh Sabar Widodo sebagai Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan serta Drs Krissutanto sebagai Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan Desa Perempuan dan Keluarga Berencana.

Dalam sambutannya Toyo menyatakan, pelantikan itu merupakan proses yang unik karena dilakukan secara massal dengan jumlah pejabat 500 orang lebih. Namun itu merupakan pelaksanaan Perda Nomor 3 Tahun 2008 yang memang harus segera dilakukan.

Lebih jauh Toyo menyatakan, dalam pengangkatan pejabat kali ini dijamin dilakukan secara fair dan tidak ada praktik kolusi maupun suap-menyuap. Sebab, pihaknya memang punya komitmen untuk menghapus praktik KKN dalam pengangkatan pejabat maupun dalam penerimaan PNS.

“Kalau mau menghapus KKN kita harus melakukan secara nyata. Kalu hanya berbicara dan tidak melakukan apa-apa, itu namanya gedhang ngawoh pakel,” tandasnya.

Kepada para Sekdes yang diangkat sebagai PNS, Toyo berharap agar penngangkatan tersebut diterima sebagai terbukanya kesempatan berkarir bagi para Sekdes. ”Saya harapkan semua legawa dan bisa menerima pengangkatan ini,” pintanya

Permintaan Tanaman Hias Akan Terus Meningkat

Seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, di masa datang permintaan terhadap tanaman hias akan terus meningkat dan berkembang. Kondisi ini perlu direspon dengan baik oleh para pengelola bisnis tanaman hias Kulon Progo. Antara lain dengan mengembangkan usahanya serta mencari jenis-jenis tanaman yang menjadi tren di masyarakat.
Demikian dikatakan Bupati H Toyo Santoso Dipo, Rabu (31/12) saat meresmikan Pusat Penjualan Tanaman Hias (PPTH) Kulon Progo di kompleks rest area Desa Sindutan, Kecamatan Temon. Acara itu dihadiri oleh jajaran Muspida Plus, Assek II Ir Agus Anggono, Kepala Bappeda Budi Wibowo, SH, MM, Kepala Dinas Perindagkoptam Drs H darto MM, Kepala Dinas Pertanian dan Kelautan Ir Agus Langgeng Basuki, Kepala Dinas Dukcapilkabermas Drs Sarjana, Camat Temon Dra Sri Utami, M Hum, segenap pejabat Pemkab serta anggota Asosiasi Pengelola Tanaman Hias (APTH) Sekar Binangun Kulon Progo. Peresmian dilakukan dengan membuka selubung papan nama dan penanaman pohon oleh bupati dan Muspida.
Saat ini, tambah Toyo, bisnis tanaman hias sudah kembali bergairah setelah terjadi kelesuan pasca booming anturium khususnya gelombang cinta, beberapa waktu lalu. Selain lebih bergairah, kata dia, masyarakat juga lebih rasional. Hanya jenis tanaman dengan berkualitas baik yang harganya tinggi.
Toyo berharap, PPTH akan menjadi shoow room bagi seluruh pengusaha tanaman hias di Kulon Progo untuk memperluas pamasaran. Sehingga di masa mendatang akan dapat memajukan usaha tanaman hias dan bunga.
Dikatakan, selain tanaman hias Kulon Progo memiliki potensi yang besar dalam budidaya bunga. Saat ini, katanya, untuk mencukupi kebutuhan bunga di Yogyakarta harus diambil dari Tawangmangu dan Kopeng. ”Pengusaha tanaman hias harus berupaya agar kebutuhan bunga tersebut bisa diambil dari Kulon Progo,” tandasnya.
Di bagian lain Toyo mengatakan, selain sebagai PPTH rest area akan dikembangkan menjadi tempat beristirahat yang nyaman bagi pengguna jalan segala lapisan. Baik sopir angkutan barang, penumpang maupun yang menggunakan kendaraan pribadi.
Tempat tersebut nantinya akan dilengkapi dengan SPBU, penginapan, rumah makan dan fasilitas-fasilitas lainnya. Pembangunannnya Pemkab akan bekerja sama dengan investor. ”Bagi investor yang berminat untuk membangun fasilitas, silakan menghubungi Pemkab. Semuanya akan saya tanggapi dengan baik, termasuk pelayanan perizinannya,” jajji Toyo.
Menurut Agus Langgeng Basuki, PPTH dikelola oleh APTH Sekar Binangun dengan anggota 35 pengusaha tanaman hias se Kulon Progo. Fasilitas yang ada berupa 4 unit ruko dan 10 unit tenda untuk shoow room dan tempat penjualan tanaman, katanya.

Gelar Upacara Adat Suran

PETILASAN KYAI DARUNO DARUNI BUGEL

Upacara tradisi suran yang digelar warga desa Bugel Kecamatan Panjatan, Jum’at (2/1) berlangsung meriah. Ratusan warga hadir di kompleks cikal bakal desa, Petilasan Kyai Daruno Daruni di Pedukuhan X Bugel untuk menyaksikan jalannya upacara. Prosesi suran dimulai dengan kirab yang diawali di halaman masjid Hidayattulah berupa tumpeng gunungan hasil bumi dan tumpeng serta group kesenian dari warga masyarakat menuju lokasi petilasan Kyai Daruna Daruni yang berjarak sekitar satu kilometer. Usai kirab dilakukan kenduri dan makan bersama oleh pengunjung, termasuk Wakil Bupati Drs.H.Mulyono dan segenap pejabat pemkab.
Menurut Kepala Desa Bugel, Edy Priyana adat sadranan ini dilakukan setiap tahun oleh warga dengan mengambil bulan Sura hari Selasa Kliwon atau Jum’at Kliwon yang disesuaikan bulan yang bersangkutan. Pada pelaksanaan kali ini sesuai dengan bulan Suro jatuh pada hari Jum’at Kliwon.”Kegiatan ini untuk melestarikan adat budaya masyarakat sekaligus filter pengaruh dari budaya asing,”ungkap Priyana.
Tradisi Suran menurut Priyana, dilakukan agar warga desa Bugel selalu mendapatkan kesehatan, makmur terhindar dari musibah bencana, yang biasanya adalah banjir.
Menurut cerita, terang Priyono, Kyai Daruno Daruni adalah seorang pejuang pengawal Pangeran Diponegoro dari Kerajan Mataram yang mengadakan perlawanan terhadap penjajah Belanda antara tahun 1825 -1830. Saat melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda, para pendukung Pangeran Diponegoro berpencar ke seluruh pelosok desa, gunung dan rawa yang dimungkinkan agar pasukan penjajah Belanda sulit mengejar keberadaannya, termasuk Kyai Daruno Daruni yang menyingkir ke tanah rawa-rawa sambil terus melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda.
Menurut Kepala Desa Bugel itu, Tempat menyingkir Kyai Daruno Daruni ini sekarang bernama Gumuk Landeyan, yang berada tepat di depan rumah Suradi yang merupakan cucu dari Mangun Wiyono yang merupakan pengikut Kyai Daruno Daruni di Pedukuhan X Beran , Desa Bugel. Di tempat itulah Kyai Daruno Daruni menyimpan benda pusaka berupa Tumbak beserta landeannya dengan cara ditimbun rumput dan Lumpur rawa yang gembur.
Dikatakan, seiring dengan perjalanan waktu petilasan tempat menyimpan senjata tombak beserta landeannya oleh warga masyarakat setempat dijadikan tempat kenangan bersejarah yang dilestarikan dan ditanami pohon Asem.
Sedangkan kata Bugel menurut Priyana, diambilakan dari cerita bahwa pada waktu yang silam ada kejadian aneh yakni saat membuka hutan Ngangrangan terdapat pohon besar yang telah lapuk bagian rantingnya sehingga tinggal batang bagian bawahnya. Pohon tersebut ditebang namun tidak bisa dimanfaatkan untuk kayu baker. Dibakar berkali-kali tidak terbakar sehingga diganti namanya menjadi Bugel yang dalam bahasa jawa adalah sebutan benda keras yang kebal terhadap senjata tajam.