Kesiapan Menghadapi Bencana Alam
BMG Perkenalkan Sirine Ina-TEWS
Sebagai langkah awal untuk memberikan informasi kepada masyarakat jika suatu saat terjadi bencana diperlukan sebuah informasi yang tepat dan akurat. Untuk itu, diperlukan sebuah sistem pengamanan dini untuk menentukan langkah evakuasi dan meminimalisir terjadinya korban jiwa. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) sebagai salah satu lembaga yang selalu meneliti dan memantau keadaan alam memperkenalkan salah satu peralatan berteknologi tinggi untuk menyampaikan informasi tersebut. Peralatan tersebut dikenal dengan nama Ina-TEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System). Karena peralatan tersebut merupakan sebuah variabel pengamanan untuk menangkap maupun menyampaikan informasi secara cepat kepada masyrakat jika suatu saat terjadi bencana alam seperti tsunami.
Demikian dikatakan Kepala Balai Besar II BMG Jakarta Suharjono, dalam acara Sosialisasi sistem peringatan dini, Selasa (12/2) di Gedung Kaca komplek pemkab. Acara tersebut juga dihadiri oleh Assek II Ir. Agus Anggono, Kakan Kesbanglinmas Drs. Harry Santosa, Kaur Pemerintahan PT Pasific Satelit Nusantara (PSN) Drs. Furi Suud, Perwakilan Universitas Tarumanegara Jakarta Aji, serta undangan dari SKPD terkait lainnya.
Peralatan berteknologi tinggi tersebut merupakan kerjasama BMG dengan PT Pasific Satelit Nusantara. Sedangkan penggunaan peralatan tersebut, sudah dilakukan dalam simulasi penanganan bencana di Banten dan Cilegon pada tanggal 26 Desember 2007. Dalam simulasi tersebut dipaparkan bagaimana cara menangani bencana dan korban bencana jika terjadi bencana gempa dengan kekuatan 8 skala richter yang mengakibatkan patahnya pipa di Cilegon yang menyebabkan radiasi serta tsunami.
Pada prinsipnya, peralatan tersebut berfungsi untuk menangkap maupun menyampaikan informasi secara cepat dan akurat. Sehingga memudahkan pemerintah untuk mengevakuasi dan menentukan tindakan lebih lanjut. ”Dalam hal ini pemerintah harus menyiapkan sebuah tempat khusus yang berfungsi sebagai ruang crisis centre serta petugas yang selalu siap dalam waktu 24/7 atau 24 jam selama waktu 7 hari kemungkinan terjadinya bencana,” katanya.
Sementara itu, Bupati Kulon Progo yang diwakili oleh Kakan Kesbanglinmas kUlon Progo Drs. Harry Santosa mengatakan bahwa dalam melakukan penanganan terhadap bencana pemkab bukan merupakan satu-satunya variabel. Namun dalam menangani bencana diperlukan kerjasama dan koordinasi yang baik antara pemkab melalui beberapa SKPD terkait dengan masyarakat secara luas.
Untuk itu, kewaspadaan dan antisipasi awal merupakan sebuah hal yang sangat penting dan disadari oleh semua komponen terkait tersebut. Tentunya, hal tersebut juga harus didukung dengan sarana seperti, peralatan yang baik dan memadahi. ”Sehingga evakuasi maupun penanganan korban bencana bisa dilaksanakan dengan baik. Dan meninimalisir terjadinya korban jiwa,” katanya.
BMG Perkenalkan Sirine Ina-TEWS
Sebagai langkah awal untuk memberikan informasi kepada masyarakat jika suatu saat terjadi bencana diperlukan sebuah informasi yang tepat dan akurat. Untuk itu, diperlukan sebuah sistem pengamanan dini untuk menentukan langkah evakuasi dan meminimalisir terjadinya korban jiwa. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) sebagai salah satu lembaga yang selalu meneliti dan memantau keadaan alam memperkenalkan salah satu peralatan berteknologi tinggi untuk menyampaikan informasi tersebut. Peralatan tersebut dikenal dengan nama Ina-TEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System). Karena peralatan tersebut merupakan sebuah variabel pengamanan untuk menangkap maupun menyampaikan informasi secara cepat kepada masyrakat jika suatu saat terjadi bencana alam seperti tsunami.
Demikian dikatakan Kepala Balai Besar II BMG Jakarta Suharjono, dalam acara Sosialisasi sistem peringatan dini, Selasa (12/2) di Gedung Kaca komplek pemkab. Acara tersebut juga dihadiri oleh Assek II Ir. Agus Anggono, Kakan Kesbanglinmas Drs. Harry Santosa, Kaur Pemerintahan PT Pasific Satelit Nusantara (PSN) Drs. Furi Suud, Perwakilan Universitas Tarumanegara Jakarta Aji, serta undangan dari SKPD terkait lainnya.
Peralatan berteknologi tinggi tersebut merupakan kerjasama BMG dengan PT Pasific Satelit Nusantara. Sedangkan penggunaan peralatan tersebut, sudah dilakukan dalam simulasi penanganan bencana di Banten dan Cilegon pada tanggal 26 Desember 2007. Dalam simulasi tersebut dipaparkan bagaimana cara menangani bencana dan korban bencana jika terjadi bencana gempa dengan kekuatan 8 skala richter yang mengakibatkan patahnya pipa di Cilegon yang menyebabkan radiasi serta tsunami.
Pada prinsipnya, peralatan tersebut berfungsi untuk menangkap maupun menyampaikan informasi secara cepat dan akurat. Sehingga memudahkan pemerintah untuk mengevakuasi dan menentukan tindakan lebih lanjut. ”Dalam hal ini pemerintah harus menyiapkan sebuah tempat khusus yang berfungsi sebagai ruang crisis centre serta petugas yang selalu siap dalam waktu 24/7 atau 24 jam selama waktu 7 hari kemungkinan terjadinya bencana,” katanya.
Sementara itu, Bupati Kulon Progo yang diwakili oleh Kakan Kesbanglinmas kUlon Progo Drs. Harry Santosa mengatakan bahwa dalam melakukan penanganan terhadap bencana pemkab bukan merupakan satu-satunya variabel. Namun dalam menangani bencana diperlukan kerjasama dan koordinasi yang baik antara pemkab melalui beberapa SKPD terkait dengan masyarakat secara luas.
Untuk itu, kewaspadaan dan antisipasi awal merupakan sebuah hal yang sangat penting dan disadari oleh semua komponen terkait tersebut. Tentunya, hal tersebut juga harus didukung dengan sarana seperti, peralatan yang baik dan memadahi. ”Sehingga evakuasi maupun penanganan korban bencana bisa dilaksanakan dengan baik. Dan meninimalisir terjadinya korban jiwa,” katanya.