01 September, 2008


Ribuan Warga Ikuti Nyadran Agung

Ribuan warga Kulon Progo, Sabtu sore (30/8) mengikuti upacara Nyadran Agung yang dilgelar di depan rumah dinas bupati. Upacara didahului dengan kirab gunungan dari gedung DPRD yang dipimpin oleh Assek II Ir Agus Anggono. Tiga gunungan nasi uduk, apem dan uba rampe itu diringi bregada kelompok kesenian dari 10 Desa Budaya di Kulon progo.

Dari gedung DPRD, kirab berjalan menuju rumah dinas bupati yang berjarak sekitar 0,5 km melalui depan kantor Pemkab dan alun-Alun wates. Peserta lain yang terdiri dari perangkat desa dan PNS di lingkunag Pemkab Kulon Progo melakukan kirab dati tirik lain, Ykni teteg kulon dan perempatan SGO. Kemudian masing-masing bertemu di kompleks rumah dinas bupati.

Bupati H Toyo Santoso Dipo yang telah menunggu bersama Wabup Drs H Mulyono dan Muspida Plus menyambut kedatangan peserta kirab yang hadir diikuti penampilan kelompok kesenian. Penampilan mereka berlangsung sekitar 1 jam.

Usai penampilan kelompok kesenian, dilakukan doa yang dipimpin oleh ulama setempat KH Abdullah Syarifudin, yang dilanjutkan pemotongan tumpeng oleh Bupati dan diserahkan Wakil Ketua DPRD Drs Sarwidi. Usai pemotong tumpeng 3 gunungan langsung diperebutkan oleh warga yang hadir. Sementara peserta nyadran termasuk warga perantauan makan bersama dengan Bupati Toyo dan seganap pejabat Pemkab.


PT KRAKATAU STEEL BERHARAP

Industri Pasir Besi Kulon Progo Segera Beroperasi

Manajemen PT Krakatau Steel (KS) berharap agar industri pasir besi di Kulon Progo dapat segera beroperasi. Sebab industri besi baja terbesar di Indonesia itu bermaksud untuk membeli pig iron (besi kasar) sebagai bahan baku. Pig iron dari Kulon Progo dinilai berkualitas tinggi, lebih bagus dibanding dari Amerika Selatan.

Demikian dikatakan Wabup Kulon Progo Drs H Mulyono di kantor Pemkab, Senin (1/9) menjelaskan hasil studi banding ke PT Krakatau Steel dan Pemkot Cilegon awal pekan lalu. Studi banding itu diikuti oleh beberapa pejabat di lingkungan Pemkab, dan berlangsung selama 3 hari.

Menurut Mulyono, pihak KS telah melihat sampel yang dikirim oleh PT Jogja Magasa Minning, hasil dari olahan percontohan yang dilakukan di Trisik. Dari sampel itu KS berpendapat bahwa kualitasnya lebih baik dibanding pig iron impor yang harus dibeli beli dengan harga berstandar intrenasional.

Kalau Kulon Progo sudah berproduksi, otomatis KS bisa membeli bahan baku dengan harga lebih murah, dDan jelas kualitasnya lebih baik, ujar Mulyono.

Lebih jauh Wabup menjelaskan, dengan studi banding itu ada 2 hal penting yang bisa dipelajari dari KS, untuk mengantisipasi bila industri pasir di Kulon Progo telah terealisasi. Yakni sharing antara Pemkab dengan investor untuk mengelola Cost Social Responbility (CSR) dan pengelolaan lingkungan. Dalam kedua hal ini, kata dia, yang dilakukan oleh KS dan Pemkot Cilegon cukup bagus.

“Dana CSR dikelola oleh lembaga independen, dan Pemkot hanya berperan sebagai fasilitator dan regulasi. Ini bisa dicontoh di Kulon Progo nanti, karena dana CSR nilainyua sangat besar. Direncanakan di Kulon Progo sebesar 3 % dari nilai produksi,” katanya.

Mulyono mengungkapkan, keberadaan PT KS di Cilegon mampu meningkatlan kesejahteraan daerah dan masyarakat setempat. Daerah yang dulunya berupa lahan tandus itu telah berkembang menjadi kawsan industri yang mampu menyerap banyak tenaga kerja. Dengan dibangunnya PT KS di jaman Presiden Soekarno, kemudian muncul industri-industri baru di sekitarnya.

Untuk pengelolaan lingkungan, menurut Mulyono, di KS juga dilaksanakan dengan baik. dimana telah terbentuk lembaga pengawas independen yang mengawasi seluruh proses industri dan dampaknya terhadap lingkungan. Baik lingkungan fisik, ekonomi, sosial dan budaya budaya bagi masyarakat sekitarnya.

“Beberapa hal yang kami pelajari dari KS, dipersiapkan untuk bisa diterapkan di Kulon Progo. Saya optimistis dalam waktu dekat industri pasir besi dapat segera terealisir, karena banyak warga masyarakat yang mengharapkannya. Secara teknis tinggal beberapa hal yang harus diselesaikan,” katanya.