20 November, 2008



GKR HEMAS

Kelangkaan Pupuk Trerjadi di Semua Provinsi

Kelangkaan pupuk bersubsidi tidak hanya terjadi di wilayah yang memiliki lahan pertanian luas. Namun terjadi di semua provinsi di seluruh Indonesia. Terutama pada saat pemupukan komoditas yang banyak dibudidayakan petani, seperti padi.

Demikian dikatakan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari Provinsi DIY, GKR Hemas, saat melakukan sosialisasi dan penjaringan aspirasi, Rabu (19/11) di aula Dinas Pertanian dan Kelautan Kulon Progo. Acara itu diikuti oleh pengurus kelompok tani, peternak, pembudidaya ikan, nelayan dan perajin, serta dihadiri oleh Bupati H Toyo Santoso Dipo, Kepala Dispertalaut Ir Agus Langgeng Basuki, Kepala Disperindagkoptam Drs H Darto, MM dan kepala dinas instansi terkait.

Dalam sidang-sidang DPD, tambah Hemas, masalah kelangkaan pupuk sangat sering muncul. Anggota DPD dari setiap provinsi banyak mengeluhkan hal itu, dan pimpinan DPD pun di berbagai kesempatan telah menyampaikannya kepada Menteri Perdagangan.

“Namun meski Menteri Perdagangan telah sanggup untuk memperbaiki sistem distribusi pupuk, kenyataannya kondisinya masih sama. Di sana sini petani masih mengeluhkan kelangkaan pupuk dan harganya yang mahal, termasuk di Kulon Progo. Berarti ada hal yang belum beres,” tandas Permaisuri Raja Yogyakarta itu.

Ditambahkan, kelangkaan pupuk dan harganya yang mahal menjadi permasalahan yang sangat rumit bagi petani. Karena harga beras tetap dan ada tuntutan untuk meningkatkan produksi untuk mengejar swa sembada beras. “Berarti, subsidi pupuk dari pemerintah belum bisa dinikmati secara optimal oleh petani,” ujar Hemas.

Menanggapi pernyataan seorang peserta bahwa ada jatah pupuk untuk Kulon Progo yang dijulan keluar daerah, GKR Hemas menyatakan, akan mempelajari dulu benar tidaknya. Kalau benar, kata dia, oknum pelakunya harus ditindak tegas. Karena hal itu jelas-jelas melanggar aturan, tandasnya.

Sementara Toyo mengatakan, saat ini meski mendapat subsidi untuk jenis pupuk tertentu, namun kenyataannya petani malah memberi subsidi lebih besar kepada masyarakat non petani. Dalam arti, subsidi harga pupuk yang diterima petani nilainya lebih kecil dibandingkan selisih harga beras di pasaran dunia.

“Namun saya juga tak setuju bila harga beras dilepas sessuai harga pasar. Karena akan menjadi beban berat bagi petani non beras. Mungkin orang kota mampu membeli tetapi petani di daerah pegunungan yang tidak bisa menanam padi akan memikul beban berat. Yang penting harganya proporsional dan subsidi pupuk diberlakukan seoptimal mungkin,” harap Toyo.

Pada kesempatan itu Toyo menyerahkan hadiah kepada kelompok tani (KT) pemenang lomba intensi padi se Kulon Progo berupa traktor, pompa air dan handspraiyer. Masing-masing kepada juara I KT Silayur (Temon), II KT Arum Subur (Kalibawang), III KT Rejomulyo (Nanggulan) dan IV KT Ngudi Kawruh (Lendah).

Selain itu juga diserahkan bantuan mobil sarana pembibitan untuk Dispertalaut Kulon Progo, sepeda motor dan dana rehabilitasi hutan dan lahan untuk KT Makmur sebesar Rp. 14,6 juta dan KT Girirejo Rp. 141,4 juta, serta bantuan modal usaha Pengembangan Agroindustri Pedesaan Rp. 10 juta bagi KT Ngudi Makmur.