27 Oktober, 2008

PENTAS DALIJO SEPI PENONTON

Hiburan pameran Manunggal Fair di Alun-alun Wates yang digelar Senin sore (27/10) berupa kesenian Patrol yang diselingi dagelan oleh Pusiyo, Mamik, Sujendro serta bintang tamu Dalijo dari Yogya sepi penonton.

Pertunjukkan yang digelar di panggung permanen Alun-alun Wates yang diselingi penyampaian informasi tentang keberhasilan kabupaten Kulonprogo menurunkan angka kemiskinan no dua di Yogyakarta, kriteria penerima bantuan langsung tunai (BLT) serta bahaya Narkoba dan free sex hanya terlihat segelintir penonton.

Waktu yang kurang tepat, menjadikan acara yang digelar Kantor Humas Kabupaten Kulonprogo tak mampu mendatangkan penonton. Meskipun di ruas jalan seputar Alun-alun tempat digelar pameran dipenuhi pengunjung.

Hal tersebut dibenarkan salah seorang panitia penyelenggara, M.Ettik Dwi Wulanjari yang dikonfirmasi usai berlangsungnya pertunjukkan. “Kami mengakui memang waktu yang digunakan untuk pentas, kurang pas, kesenian yang digelar sore hingga berakhir Maghrib tak banyak dilihat penonton, berbeda dengan stand-stand pameran. Warga masyarakat belum waktunya untuk mendapatkan hiburan setelah bekerja seharian berbeda apabila digelar malam hari sesuai jadwal,”kata Ettik.

Ditambahkan, digelarnya sore hari karena sebenarnya Dalijo dijadwalkan pentas di panggung hiburan Minggu malam, namun karena kondisi cuaca yang buruk serta panggung roboh sehingga terjadi perubahan. Namun demikian warga masyarakat Kulonprogo yang ingin menyaksikan kembali aksi Dalijo, panitia akan kembali mendatangkan Selasa malam (28/10) di tempat yang sama dengan group Angkring Yogya.

PRO PASIR BESI RUSAK GARDU DAN POSKO

Ratusan warga yang diduga mendukung atau pro pasir besi merusak salah satu Gardu ronda di wilayah desa Garongan, Panjatan dan puluhan Posko PPLP yang berada di sepanjang jalan desa Garongan dan Karangwuni di pesisir selatan.
Menurut warga setempat yang tak mau disebut namanya, peristiwa yang terjadi Senin (27/10) sekitar jam 09.00 pagi, di awali datangnya ratusan warga mengendarai sepeda motor, tiba-tiba berhenti di salah satu Gardu ronda milik warga desa Garongan kemudian merusak pos ronda dengan cara menuangkan bensin dan membakarnya. Setelah api membumbung tinggi membakar pos ronda, dilanjutkan merusak puluhan Posko PPLP yang berada di sepanjang jalan desa Garongan hingga Karangwuni.
Melihat aksi ratusan warga tersebut, ibu-ibu yang saat itu masih berada di rumah dan melihat secara langsung kejadian perusakan secara spontan menjerit minta tolong dan mengucapkan istighfar. Mendengar jeritan tersebut, ribuan warga bersama-sama langsung mengejar ratusan warga dengan membawa peralatan sabit, parang, pedang dan bambu runcing. Namun kalah cepat karena ratusan warga yang membuat kerusakan semuanya menggunakan sepeda motor.