28 April, 2009


Kulon Progo-Gunung Kidul Sepakati Kerjasama
Menyentuh Pembangunan Terpadu Daerah Timur-Barat


Secara berkelanjutan Kabupaten Kulon Progo-Gunung Kidul akan melaksanakan kerjasama dalam upaya mewujudkan pembangunan di daerah. Kerjasama tersebut telah diawali dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Kulon Progo-Gunung Kidul, Selasa (28/4) di Dedung Joglo komplek pemkab Kulon Progo. Penandatanganan nota kesepahaman tersebut, dilakukan oleh Bupati kedua kabupaten yaitu, H. Suharto (Kabupaten Gunung Kidul) dan H. Toyo S Dipo (Kabupaten Kulon Progo). Dengan disaksikan oleh Muspida, Sekretaris Daerah dan segenap pejabat eksekutif di kedua Kabupaten.
Menurut Bupati Gunung Kidul H. Suharto, nota kesepahaman yang telah ditandatangani kedua belah pihak akan ditindaklanjuti dengan kerjasama secara riil antara Kulon Progo-Gunung Kidul. Karena pada dasarnya Kulon Progo-Gunung Kidul memiliki banyak kesamaan baik georafis, ekonomi, sumberdaya alam maupun sumberdaya manusiannya. Disamping itu, daerah Kulon Progo yang merupakan daerah paling barat dan Gunung Kidul yang merupakan daerah paling timur dari Provinsi DIY, selama ini memang belum maksimal dalam pengembangan potensi maupun melakukan kerjasama. “Sehingga kerjasama menjadi sesuatu yang sangat penting dalam rangka pembangunan terpadu antara kedua daerah. Karena selama ini Kabupaten lain di DIY seperti, Kota Yogyakarta, Sleman dan Bantul telah melakukannya,” katanya.
Disamping itu, konsep pembangunan antara Kulon Progo-Gunung Kidul juga memiliki kesamaan. Karena Kabupaten Gunung Kidul juga menitik beratkan pembangunan daerah dari Desa yaitu, dengan konsep pembangunan ‘Desa sebagai pusat pertumbuhan ekonomi daerah’. Konsep ini sejalan dengan konsep pembangunan di Kulon Progo yang memiliki konsep pembangunan ‘Membangun desa menumbuhkan kota’. Yaitu, sebuah konsep pembangunan yang dimulai dengan membangun simpul-simpul perekonomian di desa yang secara berkelanjutan akan memberi dampak menyeluruh sampai di daerah perkotaan.
Kedua kabupaten secara georafis juga memiliki banyak potensi alam yang selama ini belum dikembangkan secara maksimal. Seperti, potensi kelautan yang saat ini dilihat sebagai potensi yang paling berpotensi untuk dikembangkan. Karena memiliki potensi yang tidak terbatas. Dicontohkan bupati, saat ini produksi pertanian (padi) di Gunung Kidul sudah mencapai 4,3 ton/ha melebihi produksi padi nasional yaitu 2,3 ton/ha. Namun pembangunan disektor ini juga akan terkendala oleh luasan lahan dan perkembangan penduduk. “Demikian juga dengan luas hutan yang saat ini sudah mencapai 3000 Ha. Kalau terus menerus dikembangkan, dalam luasan 5000 ha kita pasti akan kehilangan lahan-lahan produktif yang bisa digunakan untuk pertanian maupun pemukiman,” tandasnya.
Disisi lain, Bupati juga memiliki pandangan bahwa investasi yang saat ini masih banyak berada di kota-kota, dalam waktu 10 tahun kedepan akan mengalami pergeseran. Karena terbatasnya lahan maupun peluang di daerah-daerah tersebut. Untuk itu, dengan kerjasama ini kami menyiapkan diri untuk menyambut investor yang akan mencari tempat untuk mengembangkan usahannya. “Dengan potensi yang kami miliki kami yakin kami mampu untuk menyambut peluang tersebut,” kata Bupati bersemangat.
Sejalan hal tersebut, Bupati Kulon Progo H. Toyo S Dipo juga memandang bahwa kerjasama antara kedua Kabupaten sudah menjadi sesuatu yang sangat urgen dan penting. Karena pengembangan wilayah laut juga menjadi salah satu hal yang saat ini sedang dilakukan Kabupaten Kulon Progo. “Karena saat ini kami juga sedang membangun sebuah pelabuhan ikan sebagai salah satu infrastruktur guna memaksimalkan potensi laut yang dimiliki oleh Kulon Progo,” katanya.
Dengan pelabuhan yang dimiliki oleh masing-masing Kabupaten ditopang dengan pembangunan infrastruktur yang lain seperti, Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) yang juga telah mulai dibangun, akan semakin memudahkan akses Kulon Progo-Gunung Kidul. Sehingga kedepan, peluang investasi di Kulon Progo dan Gunung Kidul akan semakin luas dan semakin mempermudah bagi investor yang akan mengembangkan usahanya di kedua kabupaten, lanjutnya.
Untuk itu, Bupati mengharapkan kesepahaman yang telah ditandatangani akan segera berlanjut dengan adanya kesepakatan-kesepakatan (MoU). Karena akan semakin memperjelas kerjasama dan akan memberi dampak yang nyata terhadap pembangunan daerah maupun meningkatnya pelayanan terhadap masyarakat.
Produktivitas Padi Ditargetkan 10 Ton Per Hektar

Produksi padi di Kabupaten Kulon Progo ditargetkan akan mencapai 10 ton per hektar. Peningkatan produksi, antara lain akan dilakukan dengan penerapan System Rice Intensification (SRI) dan sistem Pengelolaan Pertanian dan Sumberdaya Terpadu (PTT).
Hal itu dikatakan Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Pertahut) Kulon Progo Ir Agus Langgeng Basuki, saat dilakukan penanaman perdana dan pembukaan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) di Bulak Kayangan, Pedukuhan Bulak, Desa Sukoreno, Kecamatan Sentolo. Acara itu dihadiri oleh Wabup Drs H Mulyono, Ketua DPRD Drs H Kasdiyono, Kepala Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Ir Bambang Tri Budi Harsono, Camat Sentolo Drs Jazil Ambar Was’an dan anggota kelompok tani (Klomtan) setempat.
Selama 3 tahun terakhir, tambah Langgeng, produktivitas padi di Kulon Progo terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 sebesar 6 ton per ha, 2007 6,2 ton dan tahun 2008 6,3 ton dengan jumlah produksi sekitar 117 ton. Pada 3-5 tahun mendatang ditargetkan akan mencapai 10 ton per hektar, ujarnya.
Untuk mencapai tingkat produktivitas sebesar itu, tutur Langgeng, antara lain akan ditunjang dengan teknologi penanaman sistem PTT dan SRI. Sistem itu telah dilaksanakan oleh petani sejak sekitar 2 tahun lalu. Dan untuk tahun ini, ditargetkan akan dilaksanakan bagi separuh luas tanam atau sekitar 10 ribu hektar di seluruh wilayah Kulon Progo.
“Bagi petani yang menggunakan sistem PTT dan SRI tingkat produktivitasnya bisa mencapai 10 ton lebih. Bila eluruh lahan sudah ditanami dengan sistem tersebut maka diharapkan tingkat produktivitasnya bisa mencapai sekitar 10 ton,” tandas pria berkaca mata itu.
Menjawab pertanyaan seorang petani tentang tersendatnya distribusi pupuk akibat ulah pengecer nakal, Langgeng menegaskan, akan menindak pengecer yang terbukti bertindak nakal. Antara lain, dengan tidak lagi memberi izin bagi yang bersangkutan dan penyaluran akan dilakukan langsung dari distributor kepada klomtan.
Sementara, Mulyono mengatakan, meskipun selama ini Kulon Progo telah mengalami surplus beras namun produksi padi harus terus ditingkatkan. Sebab, produksi padi tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Namun juga untuk menambah kesejahteraan petani.
“Bila produksinya tinggi maka pendapatan dan kesejahteraan petani Kulon Progo akan meningkat,” tandas Mulyono.
Ditambahkannya, teknologi SRI dan PTT cocok dikembangkan di Kulon Progo. Beberapa klomtan yang sudah menggunakan sistem ini secara riil produksinya meningkat cukup drastis. Rata-rata di atas 10 ton per hektar, katanya.

PEMKAB KULONPROGO KERJASAMA DENGAN UGM

Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

Untuk merealisasikan pelaksanaan program Desa Mandiri Energi dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMh), di Kedungrong, Purwoharjo, Samigaluh, Pemkab Kulonprogo melakukan kerjasama dengan Universitas Gadjah Mada. Naskah kerjasama tersebut ditandangani oleh Kepala BAPPEDA Kabupaten Kulonprogo, Budi Wibowo,SH,MM dan Ketua Jurusan Teknik Mesin dan Industri , Dr.Ir.Suhanan,DEA disaksikan oleh Bupati Kulonprogo H. Toyo Santoso Dipo dan Rektor UGM Prof.Ir.Sudjarwadi,M.Eng.Ph.D, di ruang Multimedia UGM, Senin (27/4).

Dalam kesempatan tersebut, sebelumnya juga dilakukan kerjasama antara Universitas Gadjah Mada dan Pemkab Kulonprogo dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan, serta pemberdayaan sumberdaya energi yang ditandatangi oleh Rektor UGM dan Bupati Kulonprogo.

Bupati Kulonprogo H.Toyo Santoso Dipo mengatakan dengan kerjasama ini, diharapkan UGM dapat membantu lebih banyak dalam ilmu dan teknologi terutama yang terkait dengan pengembangan energy. “Karena sebenarnya kami sangat berharap dapat dibantu bagaimana membangun mikrohidro di Kulonprogo. Setelah kami keliling ke daerah-daerah, tersentuh hati kami bahwa banyak energy yang sebenarnya bisa dikonversi seperti air terjun, angin untuk memenuhi kebutuhan bagi masyarakat,”kata Toyo

Menurut pengakuan Toyo, sesungguhnya Kulonprogo memiliki banyak kekayaan alam yang melimpah. Karena jika melihat topografi, geografi dan geologisnya, di daerah tersebut terkandung banyak sekali tambang.

Beberapa lokasi yang bisa disebutkan, sekitar pegunungan Menoreh. Atau diperbatasan Kulon Progo dan Magelang, tepatnya di puncak Suroloyo, Kecamatan Borobudur terkandung tambang yang sangat banyak. "Karena jika diamati topografi dan geografinya, daerah ini dengan kemiringan sangat rendah dan disitu ternyata bukitnya adalah bukit kapur. Sehingga saya yakin secara geologis dahulu terjadinya pembentukan bukit ini merupakan himpitan dari akibat adanya gempa yang sangat kuat. Dengan himpitan yang sangat kuat dan waktu yang tidak terlalu lama pasti akan terjadi perubahan-perubahan bentuk dan sifat dari atom dan molekul-molekul bumi, maka terbentuklah logam-logam tambang yang berbeda-beda," tambah Bupati.

Disamping itu, tambang mangaan yang di jaman Belanda hanya berlokasi kecil, maka setelah dilakukan penelitian, jumlah tersebut mencapai puluhan ribuan hektar tambang mangaan. Juga terdapat tambang-tambang jenis batuan, sedimen logam tembaga, dan emas. "Dalam kenyataan setelah diteliti lagi, ternyata cadangan emas tersebut cukup tinggi, di kedalaman 100 - 500 meter dari permukaan. Untuk itu kami terus melakukan penelitian, hanya saja kami memiliki keterbatasan dalam hal ini," tandas Bupati.

PEMKAB KULONPROGO KERJASAMA DENGAN UGM

Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

Untuk merealisasikan pelaksanaan program Desa Mandiri Energi dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMh), di Kedungrong, Purwoharjo, Samigaluh, Pemkab Kulonprogo melakukan kerjasama dengan Universitas Gadjah Mada. Naskah kerjasama tersebut ditandangani oleh Kepala BAPPEDA Kabupaten Kulonprogo, Budi Wibowo,SH,MM dan Ketua Jurusan Teknik Mesin dan Industri , Dr.Ir.Suhanan,DEA disaksikan oleh Bupati Kulonprogo H. Toyo Santoso Dipo dan Rektor UGM Prof.Ir.Sudjarwadi,M.Eng.Ph.D, di ruang Multimedia UGM, Senin (27/4).

Dalam kesempatan tersebut, sebelumnya juga dilakukan kerjasama antara Universitas Gadjah Mada dan Pemkab Kulonprogo dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan, serta pemberdayaan sumberdaya energi yang ditandatangi oleh Rektor UGM dan Bupati Kulonprogo.

Bupati Kulonprogo H.Toyo Santoso Dipo mengatakan dengan kerjasama ini, diharapkan UGM dapat membantu lebih banyak dalam ilmu dan teknologi terutama yang terkait dengan pengembangan energy. “Karena sebenarnya kami sangat berharap dapat dibantu bagaimana membangun mikrohidro di Kulonprogo. Setelah kami keliling ke daerah-daerah, tersentuh hati kami bahwa banyak energy yang sebenarnya bisa dikonversi seperti air terjun, angin untuk memenuhi kebutuhan bagi masyarakat,”kata Toyo

Menurut pengakuan Toyo, sesungguhnya Kulonprogo memiliki banyak kekayaan alam yang melimpah. Karena jika melihat topografi, geografi dan geologisnya, di daerah tersebut terkandung banyak sekali tambang.

Beberapa lokasi yang bisa disebutkan, sekitar pegunungan Menoreh. Atau diperbatasan Kulon Progo dan Magelang, tepatnya di puncak Suroloyo, Kecamatan Borobudur terkandung tambang yang sangat banyak. "Karena jika diamati topografi dan geografinya, daerah ini dengan kemiringan sangat rendah dan disitu ternyata bukitnya adalah bukit kapur. Sehingga saya yakin secara geologis dahulu terjadinya pembentukan bukit ini merupakan himpitan dari akibat adanya gempa yang sangat kuat. Dengan himpitan yang sangat kuat dan waktu yang tidak terlalu lama pasti akan terjadi perubahan-perubahan bentuk dan sifat dari atom dan molekul-molekul bumi, maka terbentuklah logam-logam tambang yang berbeda-beda," tambah Bupati.

Disamping itu, tambang mangaan yang di jaman Belanda hanya berlokasi kecil, maka setelah dilakukan penelitian, jumlah tersebut mencapai puluhan ribuan hektar tambang mangaan. Juga terdapat tambang-tambang jenis batuan, sedimen logam tembaga, dan emas. "Dalam kenyataan setelah diteliti lagi, ternyata cadangan emas tersebut cukup tinggi, di kedalaman 100 - 500 meter dari permukaan. Untuk itu kami terus melakukan penelitian, hanya saja kami memiliki keterbatasan dalam hal ini," tandas Bupati.