10 Mei, 2008

.PELATIHAN JURNALISTIK KERJASAMA PEMKAB DENGAN PWI

Aparat Harus Siap Informasi Dan Klarifikasi

Sering kita mendengar nada yang kurang menyenangkan ketika dikatakan bahwa kerja aparat pemerintahan identik dengan baca koran. Hal ini tidak sepenuhnya benar, karena aparat yang baik tentunya akan mengerti bagaimana membagi waktu antara bekerja ataupun sekedar mencari hiburan. Kita ketahui bersama bahwa koran/media cetak sebagai salah satu penyedia informasi, saat ini sangat dibutuhkan bagi aparat yang ingin maju. Melalui media massa, masyarakat dapat memperoleh berita apa yang sedang terjadi, apa yang terjadi di negeri ini dan bahkan dapat menyampaikan pandangannya, pikirannya, pendapat maupun responnya. Dan bagi aparat pemerintah, respon dari masyarakat terhadap suatu fenomena adalah salah satu hal penting untuk mendapat evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan bagi masyarakat dalam unit kerjanya.

Hal tersebut dikatakan Bupati Kulonprogo H Toyo Santoso Dipo dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kepala Kantor Humas Kabupaten Kulonprogo, Drs.R.Agus Santosa,MA, dalam Pelatihan Jurnalistik bagi aparatur pemkab Kulonprogo di Kampoeng Resto and Cafe Wates, Sabtu (10/5). Pelatihan menampilkan narasumber dari Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Yogyakarta sekaligus Pimpinan Redaksi Koran Kedaulatan Rakyat Drs. Octo Lampito, dengan peserta dari perwakilan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), kecamatan dan desa se-Kulonprogo.

“ Dalam era tekhnologi informasi, keberadaan media massa telah menjadi sarana utama untuk menyampaikan dan mendapatkan informasi, media menjadi semacam idola bagi masyarakat karena segala macam informasi tersedia. Sehingga perlu kita pahami bahwa semestinya media menyampaikan informasi yang benar, informasi yang mencerahkan kehidupan, membantu khalayak menjernihkan pertimbangan untuk bisa mengambil keputusan yang tepat,”kata Toyo

Ditambahkan begitu pentingnya media massa bagi masyarakat, maka pertumbuhan media massa dewasa ini sungguh luar biasa. Seperti halnya pertumbuhan televisi swasta lokal di jogja yang sampai saat ini ada 5 stasiun TV swasta yang mengajukan untuk uji coba siaran. Selain itu sudah tidak terhitung jumlah pertumbuhan media cetak baik di lingkup daerah maupun nasional. Dengan kata lain pentingnya kebutuhan informasi telah menarik minat pengusaha berbisnis media massa.

“Perkembangan media massa yang demikian, perlulah kiranya sebagai aparat untuk bisa menyikapinya dengan bijaksana. Dan yang penting juga mampu menggunakan fungsi media massa untuk memberikan motivasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Oleh karena itulah, diperlukan pemahaman setiap aparat untuk mengerti jurnalistik media massa, dan tentunya mampu menuliskan informasi yang berbobot maupun mempunyai nilai berita yang benar, akurat dan objektif. The right to know harus diberikan pada masyarakat. Terlebih dengan era pers bebas bertanggung jawab. Sebagai aparat harus senantiasa siap manakala diminta informasi maupun klarifikasinya, jangan justru ‘joyo endho’, menghindarkan diri,”ujarnya

Sebagai aparat dituntut untuk bersikap transparan dan bertanggung jawab, sebagai konsekuensi dari pers kita yang bebas dan bertanggung jawab disertai dengan akhlak dan kemanfaatan. Dengan demikian pada pelatihan ini kami harapkan segenap aparat akan mengerti dan memahami jurnalisme media, bagaimana mengembangkan positive jounalism, constructive journalism, dengan terus menjunjung tinggi idealisme dan etika jurnalisme. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah mengangkat nama Kulon Progo melalui media massa, mengupayakan Kulon Progo lebih dikenal, mendapat tempat di hati rakyatnya.

“Kami harapkan setiap aparat Pemkab yang membidangi informasi akan mampu merespon tantangan jaman di bidang jurnalistik, bagaimana mensikapi media massa bagi kemajuan kita bersama, kemajuan unit kerjanya masing-masing. Sehingga kerjasama dengan media massa mutlak dibutuhkan oleh setiap instansi. Dan dengan memahami jurnalistik media massa serta mampu memanfaatkan tekhnologi informasi yang ada, maka Kulon Progo akan semakin maju, yang nantinya juga akan memajukan masyarakatnya,”pungkasnya.

Sementara Ketua PWI, Drs.Octo Lampito dalam paparannya menjelaskan tentang bagaimana membuat press release atau siaran pers bagi setiap unit kerja yang merupakan informasi, tanggapan yang disampaikan secara tertulis kepada masyarakat melalui media massa dengan tujuan menciptakan citra dari institusi lembaga yang bersangkutan.

PENUTUPAN DIKLAT DHARMAIS

Dalam Usaha Diperlukan Hong Sui, Hoki, Hoping dan Hocwan

Bupati Kulon Progo H. Toyo Santoso Dipo mengharapkan Diklat yang dilaksanakan oleh Yayasan Dharmais mampu menjadi bekal dan pengalaman dalam mengelola usaha dengan lebih baik, karena dalam pelatihan telah diberikan berbagai kiat-kiat jitu yang dapat untuk mengembangkan usaha.Dengan ketekunan dan keuletan didukung dengan jiwa kemandirian dan motivasi yang kuat, seseorang akan berhasil dalam usahanya.

Hal tersebut dikatakan Toyo dalam sambutan tertulis yang dibacakan Asisten Pembangunan Setda, Ir.H.Agus Anggono dalam Penutupan Pendidikan dan Latihan Pesantren Singkat Usaha Produktif angkatan I tahun 2008 di Balai Diklat Yayasan Dharmais Sendangsari Pengasih, Sabtu (10/5).

“Dalam menjalankan usaha yang perlu mendapatkan perhatian adalah pertama Hong Sui yang mengandung lima syarat yakni tepat memilih focus bisnis, tepat memilih wilayah pasar, segemen pasar, startegi bisnis dan lokasi pusat kegiatan, kedua hoki yaitu adanya peluang untung kecil-kecilan, ketiga Hoping yaitu menerapkan 3 jalinan menjalin pertemanan dengan mitra kerja, menjalin kepercayaan dengan mitra kerja dan menjalin kepercayaan pelanggan dan keempat Hocwan merupakan sukses besar yang perlu ditindak lanjuti dengan 4 prinsip harmoni yakni menjaga hubungan baik dengan pelanggan, menjaga hubungan baik dengan teman seprofesi dan pihak yang punya posisi, menjaga hubungan baik dengan lingkungan dan dengan penguasa,”katanya.

Di tambahkan usaha yang dilakukan akan mampu mengurangi pengangguran yang sekarang masih banyak akibat kondisi Negara yang belum stabil. Dengan mengubah pola pikir masyarakat yang selama ini bahwa bekerja adalah menjadi karyawan suatu perusahaan harus dihilangkan dengan berusaha menciptakan lapangan kerja

Sementara Pjs. Kepala Dharmais, Bari HPdalam laporannya mengatakan peserta diklat sejumlah 40 orang telah mengikuti pelatihan tentang ketrampilan jahit menjahit, tata boga dan tata busana, berlangsung sejak Selasa (18/3).