04 Juni, 2008

BANTUAN KEMASYARAKATAN RP.159 JUTA DISERAHKAN

BUPATI : Jangan Ada Penyimpangan

Bantuan kemasyarakatan yang berasal dari dana APBD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2008 meliputi bantuan kegiatan kelompok masyarakat, bantuan kepada organisasi sosial dan bantuan keagamaan diserahkan, Rabu (3/6) di Gedung Kaca.

Bupati Kulonprogo H. Toyo Santoso Dipo secara simbolis menyerahkan bantuan yang diterima pengurus Pondok Pesantren Al Manar Muhammadiyah Pengasih sebesar Rp.12,5 juta, Forum Silaturahmi Pengajian Anak Wonosidi Lor Rt.65 Wates Rp.400.000,- , Organisasi Sosial (Orsos) Lestari Mulyo Kragon II Palihan Temon Rp.1 juta dan penulis buku Pengasuhan dan Pembinaan Tumbuh Kembang Anak Remaja sebesar Rp.7 juta. Penyerahan disaksikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kulonprogo KH.Noor Hadi, Ketua Komisi I DPRD Drs.Sudarminto, Kepala BAPPEDA Budi Wibowo,SH,MM dan Kabag Kesra Setda Arief Sudarmanto,SH.

Asisten Pembangunan Ir.H.Agus Anggono menjelaskan bantuan kemasyarakatan yang bersumber dari APBD Kulonprogo 2008 keseluruhan Rp.152.350.000,- diperuntukkan bagi 18 Pondok Pesantren sejumlah Rp.127 juta, kegiatan keagamaan masyarakat 36 ormas Rp.15.350.000,-, dan 9 organisasi sosial (orsos) Rp.10 juta. Khusus bantuan kepada penulis buku Pengasuhan dan Pembinaan Tumbuh Kembang Anak Remaja dari pos dana Taktis Bupati sejumlah Rp.7 juta. Juga diberikan bantuan berupa Televisi 21 inc kepada Poskamling dusun Durungan Wates.

Bupati Kulonprogo H. Toyo Santoso Dipo minta kepada para penerima agar bantuan dimanfaatkan sesuai dengan permintaan sehingga tidak terjadi penyimpangan yang akhirnya akan berurusan dengan pihak berwajib. ”Jangan ada penyimpangan dalam melaksanakan bantuan, kalau untuk membangun mushola ya gunakan untuk membangun musola, jangan untuk kepentingan pribadi, daripada harus berurusan dengan polisi, kalau merasa ada penyimpangan sebelum ketahuan cepat dikembalikan,”pintanya.

lingkungan hidup

PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN BENAR
BANTU ATASI MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN


Memilah sampah antara sampah organik dan sampah non organik perlu dibiasakan sejak dari tingkat rumah tangga, jika sampah dapat dipilah dan dikumpulkan berkelompok akan dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Sampah organik dapat dijadikan kompos, sedangkan untuk sampah non organik seperti kertas, plastik, kaca dan besi biasanya ada pengepul yang datang untuk membeli, demikian dikatakan oleh Bambang Heru Murti dari Bapedalda DIY dalam sarasehan menyambut hari lingkungan hidup sedunia di Kantor Pedal Kabupaten Kulon Progo Rabu (4/6).
”Sampah organik dapat diolah menjadi kompos yang bisa dipergunakan sendiri ataupun dikemas dan dipasarkan, untuk sampah non organik seperti plastik bekas ember atau botol minuman jika telaten mau membersihkan dan merajangnya hingga ukuran 1 x 1 cm juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi, sedangkan sampah kertas selain laku dijual kiloan dapat juga diolah menjadi kertas daur ulang”, tutur Bambang.
Sementara Wakil Bupati Kulon Progo, Drs. H. Mulyono mengajak kepada seluruh komponen masyarakat untuk mulai merubah perilaku masing-masing dengan memilah sampah, menjaga kebersihan dan melakukan penghijauan di lingkungan yang paling terkecil yaitu keluarga. ”Setidaknya jika hal tersebut dapat terlaksana dapat sedikit mengatasi masalah lingkungan, walaupun belum tentu menjamin terciptanya bumi yang hijau dan bersih, namun setudaknya kita sudah berupaya”, ujar Mulyono.
Dalam sarasehan tersebut, Kantor Pedal Kab. Kulon Progo selaku penyelenggara mengundang tokoh masyarakat, pemerhati lingkungan, LSM dan dari SKPD terkait, nampak pula hadir Ketua DPRD, Drs. Kasdiono, perwakilan dari PPLH Regional Jawa, Darmo, S.Hut.

BBGRM

WAKIL BUPATI RESMIKAN PASAR SAMIGALUH

Setelah kurang lebih sepuluh tahun terbengkalai tidak pernah dipergunakan oleh para pedagang, akhirnya Selasa (3/6) pasar Samigaluh selesai direnovasi dan diresmikan oleh Wakil Bupati Kulon Progo, Drs. H. Mulyono. Kehadiran Wakil Bupati di Samigaluh tersebut berkaitan dengan Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) 2008, selain meresmikan pasar Samigaluh, Mulyono juga meninjau berbagai kegiatan pembangunan di Desa Gerbosari dan Purwoharjo.
Selama kurang lebih sepuluh tahun ini, para pedagang lebih memilih menggelar dagangannya di totogan pertigaan Samigaluh, karena dinilai lebih mudah diakses oleh masyarakat. Kondisi ini sangat disayangkan karena pasar Samigaluh yang berdiri sejak tahun 1927 tersebut dibiarkan kosong tidak dipergunakan sehingga kondisi bangunan semakin tidak terurus dan memprihatinkan.
Pada akhirnya jika bertepatan dengan hari pasaran, suasana pertigaan Samigaluh menjadi sangat ramai hingga tumpah ke badan jalan. Hal ini sangat membahayakan bagi keselamatan pedagang, pembeli, maupun pengguna jalan, bahkan sudah beberapa kali terjadi kecelakaan yang menelan korban.
Guna mengatasi kondisi tersebut, pihak Kecamatan Samigaluh kemudian mendata para pedagang untuk kesediaanya menempati kembali pasar. Dengan kesediaan 85 pedagang, kemudian Kecamatan Samigaluh merenovasi pasar Samigaluh dengan menelan anggaran sebesar Rp. 278.000.000 dana tersebut diperoleh dari Pemerintah Propinsi DIY sebesar Rp. 250.000.000 selebihnya sebesar Rp. 28.000.000 diperoleh dari hasil swadaya masyarakat.