BENIH KENDALA PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI
Sangat sulitnya mendapatkan benih kedelai bersertifikat dan merupakan benih unggul adalah kendala peningkatan produksi kedelai. Selama ini petani hanya menanam kedelai dari bibit yang beredar di pasaran dan bukan diperuntukkan khusus untuk bibit.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Pertanian dan Kelautan Kabupaten Kulon Progo Ir.Agus Langgeng Basuki ketika mendampingi Sekretaris Daerah (Sekda) Drs.H.So’im,MM menerima Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM Prof.Dr.Ir Mary Astuti, MSi dalam Sosialisasi Program Pengembangan Kedelai Hitam di Joglo Bupati, Rabu (13/2). “Dalam meningkatkan produksi kedelai kendala yang dihadapi oleh petani sejak saya menjadi CPNS sampai sekarang adalah belum tersedianya bibit atau benih yang baik atau berlabel, sehingga yang dijadikan benih hanya kedelai yang dilihat baik secara visual oleh petani, atau memanfatkan hasil dari panen daerah lain, sementara benih padi dan jagung sudah tidak ada masalah,“kata Langgeng.
Produktifitas kedelai di Kabupaten Kulonprogo relative atau telah mencapai rata-rata untuk tingkat DIY. Luas areal tanam 3000 ha, dengan hasil ubinan tahun 2006 1,37 ton perhektar yang tersebar di kecamatan nanggulan, Lendah, Galur dan Pengasih.
Sementara dalam rangka meningkatkan kesejahteran petani dan membantu terciptanya swasembada kedelai 2015, Fakultas Teknologi Pertanian UGM mengenalkan komoditas berupa kedelai hitam yang merupakan bahan baku pembuatan kecap.
Mary Astuti menjelaskan kedelai hitam yang dibudidayakan adalah jenis Mallika dengan produksi mencapai 2,93 ton perhektar yang merupakan varietas lokal bukan hasil persilangan sehingga tidak ada rekayasa genetic atau penyisipan gen organ lain, dan daya simpan benih lebih lama. Kemampuan benih yang dihasilkan oleh FTP UGM saat ini baru untuk mencukupi kebutuhan lahan seluas 100 hektar.
Peluang dengan Pemkab berupa kerjasama kedua belah pihak yakni pemkab membantu kemitraan, memberikan subsidi dan fasilitas kepada petani, dan petani menyediakan lahan sementara FTP UGM menyediakan benih dan mengadakan pendampingan.
Ujicoba kedelai hitam oleh FTP UGM pernah dilakukan di kecamatan Nanggulan dan Galur namun belum memuaskan. Di Nanggulan cara menanam benih masih dengan disebar, sementara Galur musim yang tidak cocok sehingga banyak hama menyerang.
Sekda So’im menyambut baik keinginan dari FTP UGM, hal ini menurutnya masih banyaknya lahan-lahan kosong yang belum dimanfaatkan secara maksimal terutama di wilayah pegunungan. Untuk mendukung peningkatan usaha perlu dipikirkan kemungkinan pembuatan demplot ditiap –tiap kecamatan . Serta yang tak kalah penting adalah pemurnian benih bukan turunan yang ditanam sehingga hasilnya dapat maksimal.
Sangat sulitnya mendapatkan benih kedelai bersertifikat dan merupakan benih unggul adalah kendala peningkatan produksi kedelai. Selama ini petani hanya menanam kedelai dari bibit yang beredar di pasaran dan bukan diperuntukkan khusus untuk bibit.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Pertanian dan Kelautan Kabupaten Kulon Progo Ir.Agus Langgeng Basuki ketika mendampingi Sekretaris Daerah (Sekda) Drs.H.So’im,MM menerima Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM Prof.Dr.Ir Mary Astuti, MSi dalam Sosialisasi Program Pengembangan Kedelai Hitam di Joglo Bupati, Rabu (13/2). “Dalam meningkatkan produksi kedelai kendala yang dihadapi oleh petani sejak saya menjadi CPNS sampai sekarang adalah belum tersedianya bibit atau benih yang baik atau berlabel, sehingga yang dijadikan benih hanya kedelai yang dilihat baik secara visual oleh petani, atau memanfatkan hasil dari panen daerah lain, sementara benih padi dan jagung sudah tidak ada masalah,“kata Langgeng.
Produktifitas kedelai di Kabupaten Kulonprogo relative atau telah mencapai rata-rata untuk tingkat DIY. Luas areal tanam 3000 ha, dengan hasil ubinan tahun 2006 1,37 ton perhektar yang tersebar di kecamatan nanggulan, Lendah, Galur dan Pengasih.
Sementara dalam rangka meningkatkan kesejahteran petani dan membantu terciptanya swasembada kedelai 2015, Fakultas Teknologi Pertanian UGM mengenalkan komoditas berupa kedelai hitam yang merupakan bahan baku pembuatan kecap.
Mary Astuti menjelaskan kedelai hitam yang dibudidayakan adalah jenis Mallika dengan produksi mencapai 2,93 ton perhektar yang merupakan varietas lokal bukan hasil persilangan sehingga tidak ada rekayasa genetic atau penyisipan gen organ lain, dan daya simpan benih lebih lama. Kemampuan benih yang dihasilkan oleh FTP UGM saat ini baru untuk mencukupi kebutuhan lahan seluas 100 hektar.
Peluang dengan Pemkab berupa kerjasama kedua belah pihak yakni pemkab membantu kemitraan, memberikan subsidi dan fasilitas kepada petani, dan petani menyediakan lahan sementara FTP UGM menyediakan benih dan mengadakan pendampingan.
Ujicoba kedelai hitam oleh FTP UGM pernah dilakukan di kecamatan Nanggulan dan Galur namun belum memuaskan. Di Nanggulan cara menanam benih masih dengan disebar, sementara Galur musim yang tidak cocok sehingga banyak hama menyerang.
Sekda So’im menyambut baik keinginan dari FTP UGM, hal ini menurutnya masih banyaknya lahan-lahan kosong yang belum dimanfaatkan secara maksimal terutama di wilayah pegunungan. Untuk mendukung peningkatan usaha perlu dipikirkan kemungkinan pembuatan demplot ditiap –tiap kecamatan . Serta yang tak kalah penting adalah pemurnian benih bukan turunan yang ditanam sehingga hasilnya dapat maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar