Dua kelompok tani (Klomtan) dari Kulonprogo, masing-masing Klomtan ‘Rejo Mulyo’ dari Pedukuhan Rejoso, Desa Wijimulyo, Kecamatan Nanggulan dan Klomtan ‘Tani Makmur’ dari Pedukuhan Jatirejo, Desa Jatirejo, Kecamatan Lendah, mewakili Provinsi DIY maju lomba tingkat nasional. Klomtan ‘Rejo Mulyo’ maju untuk kualifikasi intensifikasi padi sedang ‘Tani Makmur’ untuk intensifikasi kedelai. Verifikasi bagi kedua Klomtan itu dilakukan oleh Tim Verifikasi dari Direktorat Jendral (Ditjen) Tanaman Pangan Dinas Pertanian (Deptan) RI yang dipimpin oleh Ir Bambang Adi Nugroho MA, Selasa (28/4) di masing-masing sekretariat Klomtan. Kehadiran Tim Verifikasi disambut oleh Wabup Drs H Mulyono, Assek II Ir Agus Anggono, Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Ir Agus Langgeng Basuki, Kepala Kantor Ketahanan Pangan Penyuluhan Pertanian Peternakan dan Perikanan Ir Bambang Tri Budi Harsono, pejabat SKPD terkait serta anggota Klomtan. Dalam sambutannya Wabup Mulyono menyatakan, produktivitas komoditas padi dan kedelai di Kulonprogo selama beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal itu berkat upaya yang dilakukan oleh petani, melalui intensifikasi usaha serta penerapan teknologi budidaya yang berorientasi pada peningkatan produktivitas, katanya. Untuk komoditas padi, tambah Mulyono, pada tahun 2006 produktivitasnya mencapai 5,8 ton per hektar, 2007 meningkat menjadi 6,09 ton dan tahun 2008 meningkat lagi menjadi 6,3 ton. Sedang untuk kedelai, tahun 2006 produktivitasnya 1,373 ton, 2007 1,481 ton dan tahun 2008 meningkat menjadi 1,489 ton per hektar. “Di Klomtan ‘Rejo Mulyo’ dan ‘Tani Makmur’ produktivitasnya lebih tinggi dari rata-rata tingkat kabupaten. ‘Rejo Mulyo’ pada tahun 2008 bisa mencapai 9 ton lebih per hektar dan ‘Tani Makmur’ mencapai 1,92 ton. Oleh karenanya, dua Klomtan berhasil mewakili Provinsi DIY untuk maju lomba tingkat nasonal, tuturnya. Sedang Bambang Adi Nugroho menilai, petani di Kulonprogo memiliki semangat yang besar untuk mengembangkan budidaya tanaman pangan. Meski fasilitas dari pemerintah relatif terbatas, namun petani memiliki kreativitas yang tinggi untuk meningkatkan produktivitasnya. “Seperti untuk pengadaan bibit. Meski kesulitan memperoleh bibit berlabel tetapi petani bisa mendapatkan bibit lokal yang bermutu baik. Ini sangat bagus dan perlu ditiru oleh petani di daerah lain,” ujarnya.
Caption foto : Anggota Tim Verifikasi menyaksikan demo pengolahan komoditas kedelai yang dilakukan oleh anggota Klomtan ‘Tani Makmur’, Lendah.
PASCA PILIHAN LEGISLATIF
PEMKAB KULONPROGO JADI OBYEK KUNJUNGAN
Pemkab Kulonprogo dalam seminggu ini disibukkan oleh berbagai kegiatan penerimaan kunjungan tamu dari luar daerah, terutama anggota DPRD yang melakukan study banding. Pada hari Senin (27/4) lalu dua rombongan yang diterima Kulonprogo adalah kunjungan kerja anggota Komisi B DPRD Kabupaten Padang Pariaman Propinsi Sumatera Barat yang menitik beratkan pada masalah pengelolaan keuangan daerah serta Usaha Kecil Menengah (UKM), DPRD Kabupaten Pasuruan propinsi Jawa Timur tentangpengelolaan keuangan daerah secara makro, penyelenggaraan tugas pembantuan.
Pada hari Rabu, (29/4), rombongan Komisi B DPRD Kabupaten Jember Propinsi Jawa Timur melakukan kunjungan tentang program Kerajinan dan Kepariwisataan sebagai program andalan.
Sekretaris Daerah Kulonprogo, Drs.H.So’im,MM dalam sambutannya ketika menerima rombongan DPRD Jember di Lantai II Binangun mengatakan Program Kerajinan di Kabupaten Kulon Progo telahdituangkan ke dalam Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah yang dilaksanakan dengan harapan mampu meningkatkan jumlah Industri Kecil Menengah (IKM) yang mandiri.
”Meskipun pendampingan penerapan pengendalian mutu telah dilakukan namun dalam pemasaran produk para pengusaha masih membutuhkan pembinaan lebih lanjut. Salah satu permasalahan yang dihadapi adalahsistem produksi yang berdasar pada order atau pesanan dengan motif yang berubah-ubah sehingga penyediaanstok produk dalam jumlah besar tidak efisien. Solusi yang dilakukan adalah perusahaan membuat produk sampel yang ditawarkan kepada calon pembeli”ujar So’im.
Sedangkan pelaksanaan program pengembangan destinasi pariwisata dilaksanakan dengan pengembangan obyek wisata unggulan, peningkatan dan pemeliharaan sarana prasarana pariwisata, pengelolaan retribusi wisata, pembayaran premi asuransi bagi pengunjung obyek wisata dan penyusunan draft raperda retribusi wisata. Disamping itu dilakukan pula kegiatan penyusunan Detail Engineering Design (DED) Goa Kiskendo danPuncak Suroloyo sebagai pedoman dalam pengembangan obyek wisata. Dari program dan kegiatan tersebut semuanya bertujuan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan yang akan berpengaruh pada pendapatan asli daerah dan kesejahteraan masyarakat.
Adapun obyek wisata yang telah ada dan telah diupayakan pengembangannya adalah, Goa Kiskendo, Puncak Suroloyo, Waduk Sermo dan Pemandian Clereng. Di sepanjang pantai selatan terdapat pantaiTrisik, Bugel, Congot dan Glagahdimana di pantai ini dikembangkan agrowisata Buah Naga.
28 April, 2009
Kulon Progo-Gunung Kidul Sepakati Kerjasama Menyentuh Pembangunan Terpadu Daerah Timur-Barat
Secara berkelanjutan Kabupaten Kulon Progo-Gunung Kidul akan melaksanakan kerjasama dalam upaya mewujudkan pembangunan di daerah. Kerjasama tersebut telah diawali dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Kulon Progo-Gunung Kidul, Selasa (28/4) di Dedung Joglo komplek pemkab Kulon Progo. Penandatanganan nota kesepahaman tersebut, dilakukan oleh Bupati kedua kabupaten yaitu, H. Suharto (Kabupaten Gunung Kidul) dan H. Toyo S Dipo (Kabupaten Kulon Progo). Dengan disaksikan oleh Muspida, Sekretaris Daerah dan segenap pejabat eksekutif di kedua Kabupaten. Menurut Bupati Gunung Kidul H. Suharto, nota kesepahaman yang telah ditandatangani kedua belah pihak akan ditindaklanjuti dengan kerjasama secara riil antara Kulon Progo-Gunung Kidul. Karena pada dasarnya Kulon Progo-Gunung Kidul memiliki banyak kesamaan baik georafis, ekonomi, sumberdaya alam maupun sumberdaya manusiannya. Disamping itu, daerah Kulon Progo yang merupakan daerah paling barat dan Gunung Kidul yang merupakan daerah paling timur dari Provinsi DIY, selama ini memang belum maksimal dalam pengembangan potensi maupun melakukan kerjasama. “Sehingga kerjasama menjadi sesuatu yang sangat penting dalam rangka pembangunan terpadu antara kedua daerah. Karena selama ini Kabupaten lain di DIY seperti, Kota Yogyakarta, Sleman dan Bantul telah melakukannya,” katanya. Disamping itu, konsep pembangunan antara Kulon Progo-Gunung Kidul juga memiliki kesamaan. Karena Kabupaten Gunung Kidul juga menitik beratkan pembangunan daerah dari Desa yaitu, dengan konsep pembangunan ‘Desa sebagai pusat pertumbuhan ekonomi daerah’. Konsep ini sejalan dengan konsep pembangunan di Kulon Progo yang memiliki konsep pembangunan ‘Membangun desa menumbuhkan kota’. Yaitu, sebuah konsep pembangunan yang dimulai dengan membangun simpul-simpul perekonomian di desa yang secara berkelanjutan akan memberi dampak menyeluruh sampai di daerah perkotaan. Kedua kabupaten secara georafis juga memiliki banyak potensi alam yang selama ini belum dikembangkan secara maksimal. Seperti, potensi kelautan yang saat ini dilihat sebagai potensi yang paling berpotensi untuk dikembangkan. Karena memiliki potensi yang tidak terbatas. Dicontohkan bupati, saat ini produksi pertanian (padi) di Gunung Kidul sudah mencapai 4,3 ton/ha melebihi produksi padi nasional yaitu 2,3 ton/ha. Namun pembangunan disektor ini juga akan terkendala oleh luasan lahan dan perkembangan penduduk. “Demikian juga dengan luas hutan yang saat ini sudah mencapai 3000 Ha. Kalau terus menerus dikembangkan, dalam luasan 5000 ha kita pasti akan kehilangan lahan-lahan produktif yang bisa digunakan untuk pertanian maupun pemukiman,” tandasnya. Disisi lain, Bupati juga memiliki pandangan bahwa investasi yang saat ini masih banyak berada di kota-kota, dalam waktu 10 tahun kedepan akan mengalami pergeseran. Karena terbatasnya lahan maupun peluang di daerah-daerah tersebut. Untuk itu, dengan kerjasama ini kami menyiapkan diri untuk menyambut investor yang akan mencari tempat untuk mengembangkan usahannya. “Dengan potensi yang kami miliki kami yakin kami mampu untuk menyambut peluang tersebut,” kata Bupati bersemangat. Sejalan hal tersebut, Bupati Kulon Progo H. Toyo S Dipo juga memandang bahwa kerjasama antara kedua Kabupaten sudah menjadi sesuatu yang sangat urgen dan penting. Karena pengembangan wilayah laut juga menjadi salah satu hal yang saat ini sedang dilakukan Kabupaten Kulon Progo. “Karena saat ini kami juga sedang membangun sebuah pelabuhan ikan sebagai salah satu infrastruktur guna memaksimalkan potensi laut yang dimiliki oleh Kulon Progo,” katanya. Dengan pelabuhan yang dimiliki oleh masing-masing Kabupaten ditopang dengan pembangunan infrastruktur yang lain seperti, Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) yang juga telah mulai dibangun, akan semakin memudahkan akses Kulon Progo-Gunung Kidul. Sehingga kedepan, peluang investasi di Kulon Progo dan Gunung Kidul akan semakin luas dan semakin mempermudah bagi investor yang akan mengembangkan usahanya di kedua kabupaten, lanjutnya. Untuk itu, Bupati mengharapkan kesepahaman yang telah ditandatangani akan segera berlanjut dengan adanya kesepakatan-kesepakatan (MoU). Karena akan semakin memperjelas kerjasama dan akan memberi dampak yang nyata terhadap pembangunan daerah maupun meningkatnya pelayanan terhadap masyarakat.
Produktivitas Padi Ditargetkan 10 Ton Per Hektar
Produksi padi di Kabupaten Kulon Progo ditargetkan akan mencapai 10 ton per hektar. Peningkatan produksi, antara lain akan dilakukan dengan penerapan System Rice Intensification (SRI) dan sistem Pengelolaan Pertanian dan Sumberdaya Terpadu (PTT). Hal itu dikatakan Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Pertahut) Kulon Progo Ir Agus Langgeng Basuki, saat dilakukan penanaman perdana dan pembukaan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) di Bulak Kayangan, Pedukuhan Bulak, Desa Sukoreno, Kecamatan Sentolo. Acara itu dihadiri oleh Wabup Drs H Mulyono, Ketua DPRD Drs H Kasdiyono, Kepala Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Ir Bambang Tri Budi Harsono, Camat Sentolo Drs Jazil Ambar Was’an dan anggota kelompok tani (Klomtan) setempat. Selama 3 tahun terakhir, tambah Langgeng, produktivitas padi di Kulon Progo terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 sebesar 6 ton per ha, 2007 6,2 ton dan tahun 2008 6,3 ton dengan jumlah produksi sekitar 117 ton. Pada 3-5 tahun mendatang ditargetkan akan mencapai 10 ton per hektar, ujarnya. Untuk mencapai tingkat produktivitas sebesar itu, tutur Langgeng, antara lain akan ditunjang dengan teknologi penanaman sistem PTT dan SRI. Sistem itu telah dilaksanakan oleh petani sejak sekitar 2 tahun lalu. Dan untuk tahun ini, ditargetkan akan dilaksanakan bagi separuh luas tanam atau sekitar 10 ribu hektar di seluruh wilayah Kulon Progo. “Bagi petani yang menggunakan sistem PTT dan SRI tingkat produktivitasnya bisa mencapai 10 ton lebih. Bila eluruh lahan sudah ditanami dengan sistem tersebut maka diharapkan tingkat produktivitasnya bisa mencapai sekitar 10 ton,” tandas pria berkaca mata itu. Menjawab pertanyaan seorang petani tentang tersendatnya distribusi pupuk akibat ulah pengecer nakal, Langgeng menegaskan, akan menindak pengecer yang terbukti bertindak nakal. Antara lain, dengan tidak lagi memberi izin bagi yang bersangkutan dan penyaluran akan dilakukan langsung dari distributor kepada klomtan. Sementara, Mulyono mengatakan, meskipun selama ini Kulon Progo telah mengalami surplus beras namun produksi padi harus terus ditingkatkan. Sebab, produksi padi tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Namun juga untuk menambah kesejahteraan petani. “Bila produksinya tinggi maka pendapatan dan kesejahteraan petani Kulon Progo akan meningkat,” tandas Mulyono. Ditambahkannya, teknologi SRI dan PTT cocok dikembangkan di Kulon Progo. Beberapa klomtan yang sudah menggunakan sistem ini secara riil produksinya meningkat cukup drastis. Rata-rata di atas 10 ton per hektar, katanya.
PEMKAB KULONPROGO KERJASAMA DENGAN UGM
Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
Untuk merealisasikan pelaksanaan program Desa Mandiri Energi dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMh), di Kedungrong, Purwoharjo, Samigaluh, Pemkab Kulonprogo melakukan kerjasama dengan Universitas Gadjah Mada. Naskah kerjasama tersebut ditandangani oleh Kepala BAPPEDA Kabupaten Kulonprogo, Budi Wibowo,SH,MM dan Ketua Jurusan Teknik Mesin dan Industri , Dr.Ir.Suhanan,DEA disaksikan oleh Bupati Kulonprogo H. Toyo Santoso Dipo dan Rektor UGM Prof.Ir.Sudjarwadi,M.Eng.Ph.D, di ruang Multimedia UGM, Senin (27/4).
Dalam kesempatan tersebut, sebelumnya juga dilakukan kerjasama antara Universitas Gadjah Mada dan Pemkab Kulonprogo dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan, serta pemberdayaan sumberdaya energi yang ditandatangi oleh Rektor UGM dan Bupati Kulonprogo.
Bupati Kulonprogo H.Toyo Santoso Dipo mengatakan dengan kerjasama ini, diharapkan UGM dapat membantu lebih banyak dalam ilmu dan teknologi terutama yang terkait dengan pengembangan energy. “Karena sebenarnya kami sangat berharap dapat dibantu bagaimana membangun mikrohidro di Kulonprogo. Setelah kami keliling ke daerah-daerah, tersentuh hati kami bahwa banyak energy yang sebenarnya bisa dikonversi seperti air terjun, angin untuk memenuhi kebutuhan bagi masyarakat,”kata Toyo
Menurut pengakuan Toyo, sesungguhnya Kulonprogo memiliki banyak kekayaan alam yang melimpah. Karena jika melihat topografi, geografi dan geologisnya, di daerah tersebut terkandung banyak sekali tambang.
Beberapa lokasi yang bisa disebutkan, sekitar pegunungan Menoreh. Atau diperbatasan Kulon Progo dan Magelang, tepatnya di puncak Suroloyo, Kecamatan Borobudur terkandung tambang yang sangat banyak. "Karena jika diamati topografi dan geografinya, daerah ini dengan kemiringan sangat rendah dan disitu ternyata bukitnya adalah bukit kapur. Sehingga saya yakin secara geologis dahulu terjadinya pembentukan bukit ini merupakan himpitan dari akibat adanya gempa yang sangat kuat. Dengan himpitan yang sangat kuat dan waktu yang tidak terlalu lama pasti akan terjadi perubahan-perubahan bentuk dan sifat dari atom dan molekul-molekul bumi, maka terbentuklah logam-logam tambang yang berbeda-beda," tambah Bupati.
Disamping itu, tambang mangaan yang di jaman Belanda hanya berlokasi kecil, maka setelah dilakukan penelitian, jumlah tersebut mencapai puluhan ribuan hektar tambang mangaan. Juga terdapat tambang-tambang jenis batuan, sedimen logam tembaga, dan emas. "Dalam kenyataan setelah diteliti lagi, ternyata cadangan emas tersebut cukup tinggi, di kedalaman 100 - 500 meter dari permukaan. Untuk itu kami terus melakukan penelitian, hanya saja kami memiliki keterbatasan dalam hal ini," tandas Bupati.
PEMKAB KULONPROGO KERJASAMA DENGAN UGM
Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
Untuk merealisasikan pelaksanaan program Desa Mandiri Energi dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMh), di Kedungrong, Purwoharjo, Samigaluh, Pemkab Kulonprogo melakukan kerjasama dengan Universitas Gadjah Mada. Naskah kerjasama tersebut ditandangani oleh Kepala BAPPEDA Kabupaten Kulonprogo, Budi Wibowo,SH,MM dan Ketua Jurusan Teknik Mesin dan Industri , Dr.Ir.Suhanan,DEA disaksikan oleh Bupati Kulonprogo H. Toyo Santoso Dipo dan Rektor UGM Prof.Ir.Sudjarwadi,M.Eng.Ph.D, di ruang Multimedia UGM, Senin (27/4).
Dalam kesempatan tersebut, sebelumnya juga dilakukan kerjasama antara Universitas Gadjah Mada dan Pemkab Kulonprogo dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan, serta pemberdayaan sumberdaya energi yang ditandatangi oleh Rektor UGM dan Bupati Kulonprogo.
Bupati Kulonprogo H.Toyo Santoso Dipo mengatakan dengan kerjasama ini, diharapkan UGM dapat membantu lebih banyak dalam ilmu dan teknologi terutama yang terkait dengan pengembangan energy. “Karena sebenarnya kami sangat berharap dapat dibantu bagaimana membangun mikrohidro di Kulonprogo. Setelah kami keliling ke daerah-daerah, tersentuh hati kami bahwa banyak energy yang sebenarnya bisa dikonversi seperti air terjun, angin untuk memenuhi kebutuhan bagi masyarakat,”kata Toyo
Menurut pengakuan Toyo, sesungguhnya Kulonprogo memiliki banyak kekayaan alam yang melimpah. Karena jika melihat topografi, geografi dan geologisnya, di daerah tersebut terkandung banyak sekali tambang.
Beberapa lokasi yang bisa disebutkan, sekitar pegunungan Menoreh. Atau diperbatasan Kulon Progo dan Magelang, tepatnya di puncak Suroloyo, Kecamatan Borobudur terkandung tambang yang sangat banyak. "Karena jika diamati topografi dan geografinya, daerah ini dengan kemiringan sangat rendah dan disitu ternyata bukitnya adalah bukit kapur. Sehingga saya yakin secara geologis dahulu terjadinya pembentukan bukit ini merupakan himpitan dari akibat adanya gempa yang sangat kuat. Dengan himpitan yang sangat kuat dan waktu yang tidak terlalu lama pasti akan terjadi perubahan-perubahan bentuk dan sifat dari atom dan molekul-molekul bumi, maka terbentuklah logam-logam tambang yang berbeda-beda," tambah Bupati.
Disamping itu, tambang mangaan yang di jaman Belanda hanya berlokasi kecil, maka setelah dilakukan penelitian, jumlah tersebut mencapai puluhan ribuan hektar tambang mangaan. Juga terdapat tambang-tambang jenis batuan, sedimen logam tembaga, dan emas. "Dalam kenyataan setelah diteliti lagi, ternyata cadangan emas tersebut cukup tinggi, di kedalaman 100 - 500 meter dari permukaan. Untuk itu kami terus melakukan penelitian, hanya saja kami memiliki keterbatasan dalam hal ini," tandas Bupati.
23 April, 2009
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:
1) Pembuatan media
2) Inisiasi
3) Sterilisasi
4) Multiplikasi
5) Pengakaran
6) Aklimatisasi
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.
Keunggulan inilah yang menarik bagi produsen bibit untuk mulai mengembangkan usaha kultur jaringan ini. Saat ini sudah terdapat beberapa tanaman kehutanan yang dikembangbiakkan dengan teknik kultur jaringan, antara lain adalah: jati, sengon, akasia, dll.
Bibit hasil kultur jaringan yang ditanam di beberapa areal menunjukkan pertumbuhan yang baik, bahkan jati hasil kultur jaringan yang sering disebut dengan jati emas dapat dipanen dalam jangka waktu yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan tanaman jati yang berasal dari benih generatif, terlepas dari kualitas kayunya yang belum teruji di Indonesia. Hal ini sangat menguntungkan pengusaha karena akan memperoleh hasil yang lebih cepat. Selain itu, dengan adanya pertumbuhan tanaman yang lebih cepat maka lahan-lahan yang kosong dapat c
KEUNTUNGAN PEMANFAATAN
KULTUR JARINGAN
¨ Pengadaan bibit tidak tergantung musim
¨ Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak
dengan waktu yang relatif lebih cepat (dari
satu mata tunas yang sudah respon dalam 1
tahun dapat dihasilkan minimal 10.000
planlet/bibit)
¨ Bibit yang dihasilkan seragam
¨ Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (meng
gunakan organ tertentu)
¨ Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah
dan mudah
¨ Dalam proses pembibitan bebas dari gang
guan hama, penyakit, dan deraan lingkungan
lainnya
KULTUR jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membuat bagian tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh (sempurna) dikondisi invitro (didalam gelas). Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama atau seragam dengan induknya. Contoh tanaman yang sudah lazim diperbanyak secara kultur jaringan adalah tanaman anggrek.
Tertarik Kembangkan Kultur Jaringan
Bupati Kunjungi UPN Yogyakarta
Dalam rangka pengembangan teknologi Kultur Jaringan, Bupati Kulonprogo H.Toyo Santoso Dipo, Kamis (23/4) mengunjungi Laboratorium Kultur Jaringan di lokasi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta.
Turut mendampingi Bupati Kulonprogo, Kadinas Pertanian dan Kehutanan Ir.Agus Langgeng Basuki,MT, Kepala Kantor Ketahan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, peternakan, Ir.Bambang Tri Budi Harsono, Kabag TI dan Humas Setda Drs.Bisono Indro Cahyo serta perwakilan guru SMKN 1 Nanggulan .
Dalam kesempatan tersebut Bupati dan rombongan diterima Dekan Fakultas Pertanian UPN Dr.Ir.Teguh Kismantoro Taroaji,MSc dan kepala laboratorium Endah Wahyurini,SP,MSi serta Ir,Rina Sri Lestari.
Usai menyaksikan dan menerima penjelasan dari kepala Laboratorium, Bupati Kulonprogo H.Toyo Santoso Dipo,tertarik dengan fasilitas teknologi kultur jaringanyang ada di UPN, untuk dapat dikembangkan di Kulonprogo. Untuk itu dalam kesempatan selanjutnya akan dilakukan kerjasama antara pemkab Kulonprogo dengan UPN dalam pengembangan bibit di Kulonprogo dengan system teknologi kultur jaringan ini. Disamping itu melalui siswa siwi SMKN 1 Nanggulan yang memiliki jurusan pertanian, pemkab akan mengirimkan siswanya untuk mempelajari teknologi kultur jaringan. Sedang Dinas Pertanian Kehutanan diharapkan 2010 dapat memanfaatkan untuk sistem ini dengan mengirimkan para petani yang berminat untuk magang selama sekitar 3 bulan magang dengan paket 4 orang sebesar Rp.10 juta atau perorang Rp.2,5 juta.
Kerjasama lainnya diharapkan dalam rintisan Akdemi Farming Mandiridi Kulonprogo, yakni adanya kerjasama terbatas dalam bidang laboratorium atau pendidik dengan mengirimkan dosen dari UPN.
Bupati Toyo yang gemar menanam berbagai tanaman inibahkan setelah pensiun akan mengembangkan tanaman Jati dan Sengon dari teknologi kultur jaringan.
22 April, 2009
BUPATI SERAHKAN SK CPNS HONOR
Dijamin Tak Gunakan Uang Pelicin
Bupati Kulonprogo H.Toyo Santoso Dipo menegaskan para pegawai honorer yang sekarang telah mendapatkan Surat Keputusan (SK) CPNSD dalam prosesnya tidak dipungut biaya berupa uang pelicin atau uang semir.
Hal tersebut dikatakan Bupati ketika menyerahkan 157 SK CPNSD tenaga honor dan penyerahan kenang-kenangan kepada 100 CPNSDyang telah pensiun di Gedung Kaca, Rabu (22/4). Secara simbolis SK CPNSD diserahkan kepada Suwanto,SPd dan Dewa Ayu Paramitaningrum,SPd, sedangkan kenang-kenangkan pensiun kepada mantan Kadinas Perindagkoptam Ir.H.Subito. Turut hadir Sekda Drs.H.So’im,MM, Asisten Pembangunan Ir.Agus Anggono, Asisten Administrasi H.Muqodas Rozie,SH dan Kepala Badan Kepegawaian Daerah Drs.Djulistyo.
“Menurut informasi dari kepala BKD, bahwa dalam proses tenaga honor menjadi CPNS ini tidak ada yang menggunakan uang pelicin atau uang semir, apakah betul,,? tanya Toyo, yang serentak di jawab betul oleh para calon penerima SK yang memenuhi Gedung Kaca tersebut.
Menurut Toyo, setelah mendapatkan pengangkatan CPNSD untuk menjadi PNSD masih melalui proses panjang. Para CPNS dituntut untuk disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajiban dibanding sewaktu masih menjadi tenaga honorer, hal ini sesuai aturan kepegawaian yang berlaku. Sebagai abdi negara dan masyarakat harus mampu mengembangkan diri dengan senantiasa belajar, terlebih kepada para guru dapat melanjutkan belajar di perguruan tinggi yang berada di Kulonprogo.
Sementara kepada PNS yang purna tugas atau pensiun bukan berarti berhenti dalam mengabdi dan berkreasi bagai negeri ini tetapi purna tugas harus dipahami dan disadari sebagai salah satu mekanisme regenerasi dalam birokrasi.
Sementara kepala BKD Drs.Djulistyo mengatakan jumlah SK CPNSD yang diserahkan 157 SK yang terdiri guru 3 orang dan 154 tenaga administrasi meliputi sopir tenaga pengamanan dan penjaga malam dengan perincian golongan III/a sejumlah 3 orang, golongan II/a 108, golongan I/c 31 dan golongan I/a 15 orang.
“CPNSD yang diangkat ini, merupakan kebijakan nasional secara serentak , bertahap dari 2005 s/d 2009 yakni tenaga honor yang sesuai PP No.48 th.2005 dan telah diubah PP No.43 th.2007 memenuhi ketentuan yuridis diantaranya telah masuk data base BKN, sumber penghasilannya dari APBN/APBD dan memenuhi ketentuan teknis administrasi”, terang Djulistyo.
Menurut Djulistyo, hingga kini masih sekitar 100 tenaga honor yang belum mendapatkan SK CPNS yang diharapkan dapat diselesaikan di penghujung 2009. Sedangkan bagi para tenaga honor yang masih tertunda karena adanya penghasilan yang sempat terhenti tidak terus-menerus, kurang lengkapnya persyaratan, melalui advokasi yang dilakukan diharapkan setelah tahun 2009 dapat diberikan SK CPNSD.
20 April, 2009
BUPATI LANTIK PEJABAT STRUKTURAL
Kepala Sekolah Dijamin Bebas PAK Palsu
Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kulonprogo, Drs.Djulistyo mengatakan seluruh kepala sekolah yang dilantik oleh Bupati Kulonprogo dijamin bebas dari kasus Penilaian Angka Kredit (PAK) IV/b palsu. Untuk menyelidiki yang bersangkutan masuk atau tidak dalam kasus yang menghebohkan dunia pendidikan ini, dilakukan pencermatan beberapa kali, sehingga hasil akhir dipastikan murni tidak ada sangkut paut dengan PAK palsu.
“Para kepala sekolah yang dilantik oleh bapak Bupati tidak masuk dalam kasus PAKpalsu, kalau masuk nantinya malah merepotkan dikemudian hari, jadi jauh-jauh hari telah dilakukan penelitian dan hasil akhirnya semua bersih,”terang Djulistyo kepada para wartawan sebelum menghadiri acara pelantikan.
Seperti diketahuiBupati Kulonprogo H.Toyo Santoso Dipo, Senin (20/4) di Gedung Kaca melantik 43 Kepala Sekolah SD,SMP,SMK, 15 pejabat struktural dan dua Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah (PPNSD)
Acara pelantikan dihadiri Wakil Bupati Drs.H.Mulyono, Kapolres Kulonprogo AKBP Darmanto, Dandim Letkol Inf.Haryadi,SIP, Dan sat Radar Congot Mayor Lek Edwin Wakak Megow, Ketua Tim Penggerak PKK Ny.Wiwik Toyo Santoso Dipo serta kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan pemkab.
Bupati H.Toyo Santoso Dipo mengatakan promosi maupun mutasi yang diberikan adalah untuk mengembangkan diri, mengembangkan wawasan berkarya di tempat tugas yang berbeda-beda, namun muaranya untuk perubahan yang lebih baik bagi kondisi pemerintahan dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kulonprogo.
“Sebagai pejabat baru, hendaknya perlu menciptakan manajemen pemerintahan yang baik di masing-masing instansinya. Mampu menangkap dan memahami kondisi lingkungan kerja, bekerjasama, menjalin komunikasiantar sesame pejabat maupun staf. Bersikap bijak dan perlu memahami akan pentingnya sikap keteladanan seorang pemimpin yang menjadi panutan stafnya ,”pinta Toyo.
Sedang kepada Kepala Sekolah diharapkan agar segera menempatkan diri pada posisinya, karena pelaksanaan proses belajar mengajar telah memasuki masa ujian nasional, diharapkan dapat mencapai hasil yang optimal.
Beberapa pejabat struktural eselon III yang dilantik diantaranya Kepala Sekretariat RSUD Wates Drs.Satya Bimantoro,M.Si, sebelumnya dijabat Dra.Isti Wahyuni yang dimutasi sebagai Sekretaris Dinas Perindustrian Perdagangan dan ESDM, Latnyana,S.Ag,MM Kasie Pemerintahan Kecamatan Galur promosi menjadi Kabid Pemberdayaan Pemerintahan Desa Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemdes perempuan dan KB, jabatan ini kosong beberapa bulan karena sebelumnya diisi Drs.Riyadi Sunarto yang mutasi sebagai Kabag Pemerintahan Setda. Pejabat lainnya Sudarmanto,SIP,MSi sebagai Kabid Perencanaan dan pengembangan BKD, Ir.R.M.Herismoyo sebagai Kabid Kehutanan Dinas Pertanian dan Kehutanan.
Sementara Kepala Sekolah yang dilantik , diantaranya Sunarti,SPd sebagai Kepala SD Negeri Percobaan IV Wates, Drs.Teguh Riyanta SD Pengasih III, Budi Purwoko,SPd Kepala SMPN 4 Girimulyo, Drs.Tri Subandi,MPd Kepala SMKN 1 Panjatan. Sedangkan PPNSD masing-masing Ariyanto Agus Cahyono,A.Ma,PKB dan Bambang Sudaryanto,SH.