Produktivitas Padi Ditargetkan 10 Ton Per Hektar
Produksi padi di Kabupaten Kulon Progo ditargetkan akan mencapai 10 ton per hektar. Peningkatan produksi, antara lain akan dilakukan dengan penerapan System Rice Intensification (SRI) dan sistem Pengelolaan Pertanian dan Sumberdaya Terpadu (PTT).
Hal itu dikatakan Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Pertahut) Kulon Progo Ir Agus Langgeng Basuki, saat dilakukan penanaman perdana dan pembukaan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) di Bulak Kayangan, Pedukuhan Bulak, Desa Sukoreno, Kecamatan Sentolo. Acara itu dihadiri oleh Wabup Drs H Mulyono, Ketua DPRD Drs H Kasdiyono, Kepala Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Ir Bambang Tri Budi Harsono, Camat Sentolo Drs Jazil Ambar Was’an dan anggota kelompok tani (Klomtan) setempat.
Selama 3 tahun terakhir, tambah Langgeng, produktivitas padi di Kulon Progo terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 sebesar 6 ton per ha, 2007 6,2 ton dan tahun 2008 6,3 ton dengan jumlah produksi sekitar 117 ton. Pada 3-5 tahun mendatang ditargetkan akan mencapai 10 ton per hektar, ujarnya.
Untuk mencapai tingkat produktivitas sebesar itu, tutur Langgeng, antara lain akan ditunjang dengan teknologi penanaman sistem PTT dan SRI. Sistem itu telah dilaksanakan oleh petani sejak sekitar 2 tahun lalu. Dan untuk tahun ini, ditargetkan akan dilaksanakan bagi separuh luas tanam atau sekitar 10 ribu hektar di seluruh wilayah Kulon Progo.
“Bagi petani yang menggunakan sistem PTT dan SRI tingkat produktivitasnya bisa mencapai 10 ton lebih. Bila eluruh lahan sudah ditanami dengan sistem tersebut maka diharapkan tingkat produktivitasnya bisa mencapai sekitar 10 ton,” tandas pria berkaca mata itu.
Menjawab pertanyaan seorang petani tentang tersendatnya distribusi pupuk akibat ulah pengecer nakal, Langgeng menegaskan, akan menindak pengecer yang terbukti bertindak nakal. Antara lain, dengan tidak lagi memberi izin bagi yang bersangkutan dan penyaluran akan dilakukan langsung dari distributor kepada klomtan.
Sementara, Mulyono mengatakan, meskipun selama ini Kulon Progo telah mengalami surplus beras namun produksi padi harus terus ditingkatkan. Sebab, produksi padi tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Namun juga untuk menambah kesejahteraan petani.
“Bila produksinya tinggi maka pendapatan dan kesejahteraan petani Kulon Progo akan meningkat,” tandas Mulyono.
Ditambahkannya, teknologi SRI dan PTT cocok dikembangkan di Kulon Progo. Beberapa klomtan yang sudah menggunakan sistem ini secara riil produksinya meningkat cukup drastis. Rata-rata di atas 10 ton per hektar, katanya.
Produksi padi di Kabupaten Kulon Progo ditargetkan akan mencapai 10 ton per hektar. Peningkatan produksi, antara lain akan dilakukan dengan penerapan System Rice Intensification (SRI) dan sistem Pengelolaan Pertanian dan Sumberdaya Terpadu (PTT).
Hal itu dikatakan Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Pertahut) Kulon Progo Ir Agus Langgeng Basuki, saat dilakukan penanaman perdana dan pembukaan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) di Bulak Kayangan, Pedukuhan Bulak, Desa Sukoreno, Kecamatan Sentolo. Acara itu dihadiri oleh Wabup Drs H Mulyono, Ketua DPRD Drs H Kasdiyono, Kepala Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Ir Bambang Tri Budi Harsono, Camat Sentolo Drs Jazil Ambar Was’an dan anggota kelompok tani (Klomtan) setempat.
Selama 3 tahun terakhir, tambah Langgeng, produktivitas padi di Kulon Progo terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 sebesar 6 ton per ha, 2007 6,2 ton dan tahun 2008 6,3 ton dengan jumlah produksi sekitar 117 ton. Pada 3-5 tahun mendatang ditargetkan akan mencapai 10 ton per hektar, ujarnya.
Untuk mencapai tingkat produktivitas sebesar itu, tutur Langgeng, antara lain akan ditunjang dengan teknologi penanaman sistem PTT dan SRI. Sistem itu telah dilaksanakan oleh petani sejak sekitar 2 tahun lalu. Dan untuk tahun ini, ditargetkan akan dilaksanakan bagi separuh luas tanam atau sekitar 10 ribu hektar di seluruh wilayah Kulon Progo.
“Bagi petani yang menggunakan sistem PTT dan SRI tingkat produktivitasnya bisa mencapai 10 ton lebih. Bila eluruh lahan sudah ditanami dengan sistem tersebut maka diharapkan tingkat produktivitasnya bisa mencapai sekitar 10 ton,” tandas pria berkaca mata itu.
Menjawab pertanyaan seorang petani tentang tersendatnya distribusi pupuk akibat ulah pengecer nakal, Langgeng menegaskan, akan menindak pengecer yang terbukti bertindak nakal. Antara lain, dengan tidak lagi memberi izin bagi yang bersangkutan dan penyaluran akan dilakukan langsung dari distributor kepada klomtan.
Sementara, Mulyono mengatakan, meskipun selama ini Kulon Progo telah mengalami surplus beras namun produksi padi harus terus ditingkatkan. Sebab, produksi padi tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Namun juga untuk menambah kesejahteraan petani.
“Bila produksinya tinggi maka pendapatan dan kesejahteraan petani Kulon Progo akan meningkat,” tandas Mulyono.
Ditambahkannya, teknologi SRI dan PTT cocok dikembangkan di Kulon Progo. Beberapa klomtan yang sudah menggunakan sistem ini secara riil produksinya meningkat cukup drastis. Rata-rata di atas 10 ton per hektar, katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar