31 Oktober, 2008


Kasus Perusakan Hutan di DIY Menurun

Sejak 5 tahun terakhir, jumlah kasus perusakan hutan Negara di wilayah di DIY terus mengalami penurunan. Pada tahun 2004 terdapat 178 kasus, 2005 75 kasus, 2006 38 kasus dan tahun 2007 turun lagi menjadi 28 kasus. Diperkirakan pada tahun 2008 ini jumlah kasus akan lebih kecil dari angka terakhir.
Hal itu dikatakan Kepala Bidang (Kabid) Pemangkuan Wilayah Hutan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY, Ir Parwidi MSi, pada Sosialisasi Keamanan Hutan di aula Subdin Hutbun Dinas Pertanian dan Kelautan Kulon Progo, Kamis (30/10). Selain Parwidi, sosialisasi yang diikuti oleh pengurus paguyuban pedagang kayu dan kelompok pengelola hutan rakyat se Kulon Progo itu juga menampilkan narasumber Kasi Bina Usaha Subdin Hutbun Kulon Progo Ir Trenggono Trimulyo, MT dan Kompol Veronika dari Polda DIY.
Menurut Parwidi, penurunan kasus tersebut disebabkan masyarakat sudah semakin sadar akan pentingnya fungsi hutan serta meningkatnya partisipasi dalam pengelolaan hutan. Warga yang tinggal di pinggir hutan, kata dia, tidak lagi hanya memanfaatkan hutan dengan menebang kayu namun dengan melakukan kegiatan produktif yang tidak merusak, seperti memelihara lebah, katanya.
Ditambahkan, perubahan sikap masyarakat tersebut sangat positif dalam rangka pelestarian hutan dan sesuai dengan harapan pemerintah. “Untuk menangani perusakan hutan kami memang tidak hanya menggunakan pendekatan hukum. Namun lebih mengedepankan pendekaan sosial dan ekonomi. Ternyata hasilnya justru lebih baik,” terang Parwidi seraya menambahkan bahwa luas hutan negara di DIY saat ini ada 18.000 ha.
Lebih jauh Parwidi menyatakan, untuk menjaga pelestarian hutan pihaknya memprioritaskan pengembangan sistem dan manajemen. Sebab saat ini sarapa prasarana dan pegawai yang ada di instansinya sangat minim.
“Saat ini kami hanya memiliki 1 mobil patroli dan 227 petugas lapangan. Idealnya dengan hutan seluas 18.000 ha memerlukan petugas lapangan setidaknya sekitar 380 orang,” tandasnya.
Sementara, Trenggono mengatakan, hutan di Kulon Progo sebagian besar merupakan hutan rakyat dengan luas mencapai 25.400 ha. Sementara hutan negara hanya seluas 1.037 ha.
Dari luasan itu, katanya, potensi produksi kayu sebesar 100.000 kubik pertahun. Dan yang ditebang masyarakat rata-rata baru 40.000 kubik, dengan 33.000 kubik di antaranya dijual ke luar daerah.
Dengan kondisi ini, menurut Trenggono, jumlah pohon di Kulon Progo tidak mengalami penurunan, tetapi malah bertambah. Sehingga kualitas lingkungan, terutama untuk mencegah tanah longsor serta penyerapan dan penyediaan sumber air, semakin baik. “Terbukti sejak beberapa tahun terakhir, kekeringan dan banjir di wilayah Kulon Progo intensitasnya terus mengalami penurunan,” ujarnya.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

mbah Parwidi emang hebat