Dokter Merasa Tak Nyaman dengan Tuduhan Mal Praktik
Para dokter di Kulon Progo merasa tak nyaman dengan sering adanya tuduhan telah terjadi mal praktik atas kematian pasien saat dilakukan pengobatan. Karena sebenarnya pada semua pasien para dokter telah melakukan pengobatan dengan berdasar pada etika dan profesi kedokteran yang ada. Kalaupun kemudian terjadi kematian, itu lebih disebabkan karena kondisi pasien yang memang sudah tak tertolong.
Demikian dikatakan ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kulon Progo dr Moerlani M Dahlan SpPD saat beraudiensi dengan Wakil Bupati Drs H Mulyono, Rabu (20/5) di gedung Joglo kompleks kantor pemkab. Dalam kesempatan itu Moerlani didampingi segenap Pengurus IDI Kulon Progo, sedang Wabup didampingi Assek I Drs H Sutedjo Wiharso dan kepala SKPD terkait. Audiensi dilakukan dalam rangka persiapan HUT IDI dan Hari Bhakti Dokter ke-101.
Kalau hal seperti itu terjadi, tambah Moerlani, keluarga pasien langsung menuduh telah terjadi mal praktik, tanpa minta penjelasan rinci terlebih dulu. Tuduhan itu kemudian beredar di tengah masyarakat dan menjadi isu yang memojokkan rumah sakit yang bersangkutan.
Oleh karenanya, mantan Direktur RSUD Wates itu berharap agar Pemkab Kulon Progo punya kebijakan tertentu untuk mengantisipasi terjadinya tuduhan seperti itu. Antara lain, dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap proses pelayanan kesehatan. Sehingga bila ada kasus kematian saat dilakukan pengobatan, masyarakat tidak serta merta mengindikasikannya sebagai mal praktik.
“Sebenarnya, kami sudah memiliki lembaga advokasi untuk mengantisipasi hal-hal seperti itu. Beberapa dokter juga sudah menempuh pendidikan di bidang hukum kedokteran. Namun kalau sudah berhadapan dengan opini masyarakat, kami sering kesulitan untuk memberikan penjelasan tentang hal yang sebenanrnya terjadi,” keluhnya.
Menyinggung tentang Hari Bhakti Dokter ke-101, Moerlani menyatakan, pihaknya akan melaksanakan kegiatan berupa senam massal dan pengobatan gratis di Desa Banjararum, Kecamatan Kalibawang. Kegiatan itu akan didukung oleh seluruh anggota IDI Kulon Progo serta melibatkan masyarakat Banjararum dan sekitarnya.
Menanggapi keluhan Moerlani, Wabup mengatakan, saat ini masyarakat memang perlu pendewasaan dalam banyak hal, termasuk pemahaman tentang mal praktik. Namun, kata dia, hal itu tidak bisa dilakukan secara terpisah dari bidang yang lain.
“Pendidikan harus dilakukan pada semua aspek kehidupan. Kalau tingkat pendidikannya sudah tinggi otomatis pemahaman dan kedewasaan masyarakat terhadap semua hal akan meningkat. Termasuk pemahamannya terhadap sistem dan pelayanan kesehatan,” tutur Mulyono.
Para dokter di Kulon Progo merasa tak nyaman dengan sering adanya tuduhan telah terjadi mal praktik atas kematian pasien saat dilakukan pengobatan. Karena sebenarnya pada semua pasien para dokter telah melakukan pengobatan dengan berdasar pada etika dan profesi kedokteran yang ada. Kalaupun kemudian terjadi kematian, itu lebih disebabkan karena kondisi pasien yang memang sudah tak tertolong.
Demikian dikatakan ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kulon Progo dr Moerlani M Dahlan SpPD saat beraudiensi dengan Wakil Bupati Drs H Mulyono, Rabu (20/5) di gedung Joglo kompleks kantor pemkab. Dalam kesempatan itu Moerlani didampingi segenap Pengurus IDI Kulon Progo, sedang Wabup didampingi Assek I Drs H Sutedjo Wiharso dan kepala SKPD terkait. Audiensi dilakukan dalam rangka persiapan HUT IDI dan Hari Bhakti Dokter ke-101.
Kalau hal seperti itu terjadi, tambah Moerlani, keluarga pasien langsung menuduh telah terjadi mal praktik, tanpa minta penjelasan rinci terlebih dulu. Tuduhan itu kemudian beredar di tengah masyarakat dan menjadi isu yang memojokkan rumah sakit yang bersangkutan.
Oleh karenanya, mantan Direktur RSUD Wates itu berharap agar Pemkab Kulon Progo punya kebijakan tertentu untuk mengantisipasi terjadinya tuduhan seperti itu. Antara lain, dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap proses pelayanan kesehatan. Sehingga bila ada kasus kematian saat dilakukan pengobatan, masyarakat tidak serta merta mengindikasikannya sebagai mal praktik.
“Sebenarnya, kami sudah memiliki lembaga advokasi untuk mengantisipasi hal-hal seperti itu. Beberapa dokter juga sudah menempuh pendidikan di bidang hukum kedokteran. Namun kalau sudah berhadapan dengan opini masyarakat, kami sering kesulitan untuk memberikan penjelasan tentang hal yang sebenanrnya terjadi,” keluhnya.
Menyinggung tentang Hari Bhakti Dokter ke-101, Moerlani menyatakan, pihaknya akan melaksanakan kegiatan berupa senam massal dan pengobatan gratis di Desa Banjararum, Kecamatan Kalibawang. Kegiatan itu akan didukung oleh seluruh anggota IDI Kulon Progo serta melibatkan masyarakat Banjararum dan sekitarnya.
Menanggapi keluhan Moerlani, Wabup mengatakan, saat ini masyarakat memang perlu pendewasaan dalam banyak hal, termasuk pemahaman tentang mal praktik. Namun, kata dia, hal itu tidak bisa dilakukan secara terpisah dari bidang yang lain.
“Pendidikan harus dilakukan pada semua aspek kehidupan. Kalau tingkat pendidikannya sudah tinggi otomatis pemahaman dan kedewasaan masyarakat terhadap semua hal akan meningkat. Termasuk pemahamannya terhadap sistem dan pelayanan kesehatan,” tutur Mulyono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar