12 November, 2008

Wabup: Angka Kematian Ibu Melahirkan Masih Tinggi

Tingginya angka kematian ibu hamil, melahirkan, nifas dan bayi semua itu yakni keterlambatan. Keterlambatan tersebut meliputi terlambat dalam mengambil keputusan, terlambat mencapai tempat fasilitas kesehatan dan terlambat dalam penatalaksanaan difasilitas kesehatan. Di samping itu pengertian resiko tinggi belum di pahami dengan baik oleh ibu hamil dan keluarganya. Disamping itu satu atau lebih kombinasi tiga jenis komplikasi maternal yaitu pendarahan, infeksi, dan eklamsia.

Hal tersebut dikatakan Wakil Bupati Kulonprogo, Drs.H.Mulyono ketika menrima Tim Akreditasi Kecamatan Sayang Ibu tingkat Propinsi DIY di Balai Desa Demangrejo Sentolo, Selasa (11/11). Acara dihadiri Kadinas Dukcapilkabermas Kulonprogo, Drs.Sarjana, Camat Sentolo Drs.Jazil Ambar Was’an dan anggota Satgas GSI desa se-Kecamatan Sentolo

“Kehamilan resiko tinggi berpengaruh besar terhadap bayi yang akan dilahirkan, bayi mengalami gangguan kesulitan bernafas atau bayi meninggal sebelum lahir. Keadaan demikian akan meningkatkan angka kematian perinatal dan neonatal,”kata Mulyono.

Ditambahkan upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu antara lain adanya ketepatan sasaran yang hendak ditanggulangi, dengan demikian pengenalan sebab-sebab kematian baik langsung maupun tidak langsung mutlak diperlukan. Pengenalan sebab-sebab kematian ibu merupakan dasar bagi penyusunan strategi upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dalam rangka peningkatan sumberdaya manusia. Sehingga melalui akreditasi kecamatan sayang ibu ini Wabup berharap, dapat lebih meningkatkan kepedulian kita tentang berbagai faktor yang menyebabkan kematian ibu melahirkan dan kematian bayi, serta meningkatkan upaya penanggulangan secara integratif. Masyarakat bersama-sama membangun komitmen, menggalang kebersamaan, membuat mekanisme rujukan sesuai dengan kondisi sehingga ibu tidak terlambat ditolong oleh petugas terlatih.

“Gerakan sayang ibu yang merupakan upaya untuk mewujudkan hak dan kesehatan reproduksi serta untuk mendorong upaya menurunkan angka kematian ibu hamil, melahirkan, nifas dan bayi melalui peningkatan kesadaran dan tanggung jawab semua pihak dalam bentuk gerakan masyarakat bersama pemerintah”ujarnya.

Sementara Ketua Satuan Tugas (Satgas) Gerakan Sayang Ibu (GSI) kecamatan Sentolo,Tri Susilowati,BA mengatakan GSI yang dicanangkan oleh Presiden pada tanggal 22 Desember 1996 ternyata dirasakan bahwa gerakan sayang ibu masih sangat diperlukan oleh masyarakat. Karena pembentukan manusia berkualitas yang akan menjadi penerus bangsa dimulai sejak masih dalam kandungan, balita, anak, remaja, dewasa sampai dengan lanjut usia. Oleh karena itu peningkatan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak merupakan faktor paling strategis untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia.

“Dalam tiga tahun terakhir,2006-2008 ini di wilayah kecamatan Sentolo, tidak terjadi adanya kematian ibu melahirkan, sedangkan untuk jumlah angka kematioan bayi dan balita, tahun 2006 terdapat 7 kematian, 2007 terdapat 16 dan 2008 tercatat 11, meliputi indikator lahir mati, IUFD, kematian neonatan dan kematian anak usia 1-5 tahun,”jelasnya.

Tidak ada komentar: