12 September, 2008

Klomtan ‘Ngudi Luhur’ Maju Lomba Tingkat Nasional

Kelompok tani (Klomtan) ‘Ngudi Luhur’ Pedukuhan Karongan, Desa Kedungsari, Kecamatan Pengasih, mewakili Kulonprogo dalam lomba intensifikasi jagung tingkat nasional. Kamis (11/9), tim penilai yang terdiri dari Ir Sriyono MP dan Ir Bambang Adi Nugroho MMA melakukan penilaian di klomtan setempat. Hadir pada penilain itu Bupati H Toyo Santoso Dipo, Kepala Dinas Pertanian dan Kelautan Ir Agus Langgeng Basuki, Camat Pengasih Dra Sri Hermintarti MM serta anggota klomtan.
Menurut Ketua Klomtan ‘Ngudi Luhur’ Prapto Wiyono, di wilayahnya petani mulai membudidayakan jagung mulai tahun 80-an. Semula, kata dia, hampir semua petai menanam biboit lokal hasilnya tingkat produksinya hanya 3-3,5 ton perhektar.
Pada awal tahun 90-an, tutur Prapto, petani mulai bergeser ke bibit hibrida dengan teknik pemupukan yang dicampur dengan penyiraman (dicor). “Dengan teknik ini hasilnya bisa jauh lebih tinggi. Tahun lalu bisa mencapai 8,8 ton perhektar. Yang berarti ada peningkatan 100 % lebih dibandig dengan bibit local,” ungkapnya.
Dtambahkan, musim tanam (MT) ini areal jagung di wilayahnya mencapai 45 hektar, dengan jumlah anggota sebanyak 84 orang. Diperkirakan pada pertengahan bulan Nopember mendatang sudah panen. “Kami berharap pada awal musim penghujan tidak terjadi hujan lebat sehingga hasil panen bisa optimal,” katanya.
Menurut Bambang Adi Nugroho, memupuk dengan cara dicor yang dilakukan oleh petani Kedungsari mempunyai keunggulan dibanding teknik pemupukan biasa. Dengan cara dicor, kata dia, selain lebih hemat air, pemupukan bisa lebih efisien dan efektif sehingga hasilnya akan lebih baik.
“Teknik ini baru saya lihat di Kulonprogo dan di daerah lain belum ada petani yang melakukannya. Saya akan mensosialisasikan teknik ini ke luar daerah, terutama daerah luar Jawa yang tingkat produktivitasnya masih di bawah 5 ton perhektar,” katanya.
Sementera Bupati Toyo Santoso Dipo minta agara petani tidak membakar batang jagung usai panen. Tetapi dikelola dan dikumpulkan untuk dijual. Orang nomor 1 di Kulonprogo itu berjanji akan mencarikan pembeli, dengan perkiraan harga Rp. 500,- perkilo. Sedang batang kedelai Rp. 1.000,- perkilo.
“Saya sudah ketemu orangnya, dan dia siap untuk membeli batang jagung dan batang kedelai untuk pakan sapi. Kalau harganya sebesar itu berarti bisa untuk mengganti biaya penggarapan atau pemupukan. Yang jelas, semua harus dimanfaatkan jangan dibuang percuma,” pinta Toyo.

Tidak ada komentar: