DESA TRIHARJO
Siapkan Lahan Untuk Investor
Lokasi Desa Triharjo, Kecamatan Wates yang strategis berada di jalur jalan negara Jakarta-Surabaya lintas selatan dan hanya beberapa kilometer jaraknya dari ibukota kabupaten. Dengan kondisi ini wilayah Desa Triharjo menjadi pilihan tersendiri bagi para investor yang akan menanamkan modalnya di Kabupaten Kulon Progo, meski pemkab telah menetapkan kawasan untuk industri berada di wilayah Kecamatan Sentolo.
Secara geografis seluruh wilayah Desa Triharjo berupa dataran rendah dengan hamparan sawah sebagai sumber kehidupan masyarakat, karena sebagian besar warga adalah petani. Secara administratif Desa Triharjo terdiri dari 10 wilayah pedukuhan, yakni Pedukuhan Kularan, Cokrodipan, Ngrandu, Kadipaten, Sebokarang, Tambak, Dalangan, Seworan, Klewonan dan Conegaran, dengan 1.697 KK (kepala keluarga).
Pengusaha Korea Selatan dengan bendera PT. Sunchang Indonesia, yang memproduksi wig (rambut palsu) dengan pasaran ekspor, adalah investor yang yang telah membangun pabrik di Triharjo. Pimpinan PT. Suchang Indonesia, Hwa Joon Lee, yang sebelumnya telah mempunyai pabrik dan kantor pusat di Purbalingga, Jawa Tengah, melebarkan sayapnya dengan membangun pabrik serupa di Kulon Progo. Dengan memanfaatkan lahan tanah kas desa Triharjo seluas 20.400 m2 untuk lokasi pembangunan pabrik.
Kepala Desa Triharjo Wadiyo saat dikonfirmasi di kantornya menjelaskan, sejalan dengan program dari pemkab “Membangun Desa Menumbuhkan Kota” dengan berupaya mengundang investor untukmenanamkan modalnya di Kulon Progo, maka pemerintah desa siap menjembatani kebutuhan lahan.
“Program Pak Bupati dengan memprioritaskan pembangunan desa, memang perlu didukung sehingga pembangunan tidak hanya terkonsentrasi di wilayah perkotaan. Adanya investor yang masuk di wilayah kami adalah salah satu realisasinya. Dengan adanya pabrik wig, dapat meningkatkan perekonomian warga dan mampu mengurangi pengangguran di Desa Triharjo,” terang Wadiyo.
Menurut Wadiyo, mulai proses awal pengadaan lahan hingga proses pembangunan pabrik telah berjalan dengan lancar tanpa kendala. Hal ini berkat pengertian antara perangkat desa dengan wakil masyarakat melalui BPD (Badan Perwakilan Desa) pada saat itu, terlebih harapan masyarakat untuk meningkatkan ekonomi dengan menjadi karyawan pabrik, maupun multi player effect-nya.
Namun yang sangat penting adalah tahapan-tahapan telah dilalui secara benar dalam proses penggunaan lahan milik desa dengan memenuhi aturan-aturan baik tingkat desa, kabupaten dan propinsi. ”Sejak PT Sunchang positif menentukan pilihan di wilayah kami, kemudian melaksanakan pelatihan di kantor BLK Disnakertrans Tambak serta menempati bekas gedung SD yang nganggur, jumlah warga Triharjo mencapai sekitar 30 % dari sekitar 1.500 tenaga kerja yang terserap saat ini,” terang Wadiyo.
Meski pembangunan pabrik masih dalam taraf penyelesaian, sejak 3 Desember 2007 karyawan yang semula menempati bekas gedung SD telah menempati lokasi pabrik yang baru dibangun, dan selanjutnya gedung SD diserahkan ke pemkab.
Setelah adanya pabrik wig milik PT. Sunchang Indonesia dan rencana pembangunan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, Desa Triharjo masih siap menerima datangnya investor. Menurut Wadiyo, dalam waktu yang tidak terlalu lama di wilayahnya juga akan dibangun gedung KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara) yang akan menempati lahan seluas 5000 m2. Lokasinya bersebalahan dengan pabrik wig. Sementara ini, kantor tersebut dalam menjalankan kegiatannya masih menumpang di BRI Unit Adhyaksa, Wates.
Ditambahkan oleh Wadiyo, Markas KODIM 0731 Kulon Progo yang sekarang berada di timur laut Alun-Alun Wates, direncanakan juga akan dipindah di Triharjo. Namun masih belum ada kesepakatan soal tanah, pihak Kodim mengigginkan sistem sewa sedangkan pemerintah desa mengharapkan untuk dibeli seperti yang telah dilakukan oleh para investor yang lebih dahulu masuk.
Di bagian lain Wadiyo mengatakan, meski wilayah desa Triharjo tidak memiliki lahan pasir sebagai lokasi penambangan pabrik baja, pihaknya mendukung penambangan pasir besi di pantai selatan dan berdirinya pabrik baja oleh PT. JMM. “Adanya rencana penambangan pasir besi dan didirikannya pabrik baja yang merupakan program pemkab, saya sangat mendukung, karena akan mampu mengurangi tenaga kerja yang masih menganggur, serta meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat. Pemkab tidak mungkin akan menyengsarakan warganya,” tandas Wadiyo.
Dukungan tidak hanya dari Wadiyo. Bahkan seluruh kepala desa di Kecamatan Wates yang meliputi Kepala Desa Bendungan, Sogan, Ngestiharjo, Kulwaru, Wates, Giripeni dan Karangwuni secara bulat mendukung keberadaan penambangan pasir besi dan pendirian pabrik baja yang dilakukan oleh PT. JMM tersebut.
Siapkan Lahan Untuk Investor
Lokasi Desa Triharjo, Kecamatan Wates yang strategis berada di jalur jalan negara Jakarta-Surabaya lintas selatan dan hanya beberapa kilometer jaraknya dari ibukota kabupaten. Dengan kondisi ini wilayah Desa Triharjo menjadi pilihan tersendiri bagi para investor yang akan menanamkan modalnya di Kabupaten Kulon Progo, meski pemkab telah menetapkan kawasan untuk industri berada di wilayah Kecamatan Sentolo.
Secara geografis seluruh wilayah Desa Triharjo berupa dataran rendah dengan hamparan sawah sebagai sumber kehidupan masyarakat, karena sebagian besar warga adalah petani. Secara administratif Desa Triharjo terdiri dari 10 wilayah pedukuhan, yakni Pedukuhan Kularan, Cokrodipan, Ngrandu, Kadipaten, Sebokarang, Tambak, Dalangan, Seworan, Klewonan dan Conegaran, dengan 1.697 KK (kepala keluarga).
Pengusaha Korea Selatan dengan bendera PT. Sunchang Indonesia, yang memproduksi wig (rambut palsu) dengan pasaran ekspor, adalah investor yang yang telah membangun pabrik di Triharjo. Pimpinan PT. Suchang Indonesia, Hwa Joon Lee, yang sebelumnya telah mempunyai pabrik dan kantor pusat di Purbalingga, Jawa Tengah, melebarkan sayapnya dengan membangun pabrik serupa di Kulon Progo. Dengan memanfaatkan lahan tanah kas desa Triharjo seluas 20.400 m2 untuk lokasi pembangunan pabrik.
Kepala Desa Triharjo Wadiyo saat dikonfirmasi di kantornya menjelaskan, sejalan dengan program dari pemkab “Membangun Desa Menumbuhkan Kota” dengan berupaya mengundang investor untukmenanamkan modalnya di Kulon Progo, maka pemerintah desa siap menjembatani kebutuhan lahan.
“Program Pak Bupati dengan memprioritaskan pembangunan desa, memang perlu didukung sehingga pembangunan tidak hanya terkonsentrasi di wilayah perkotaan. Adanya investor yang masuk di wilayah kami adalah salah satu realisasinya. Dengan adanya pabrik wig, dapat meningkatkan perekonomian warga dan mampu mengurangi pengangguran di Desa Triharjo,” terang Wadiyo.
Menurut Wadiyo, mulai proses awal pengadaan lahan hingga proses pembangunan pabrik telah berjalan dengan lancar tanpa kendala. Hal ini berkat pengertian antara perangkat desa dengan wakil masyarakat melalui BPD (Badan Perwakilan Desa) pada saat itu, terlebih harapan masyarakat untuk meningkatkan ekonomi dengan menjadi karyawan pabrik, maupun multi player effect-nya.
Namun yang sangat penting adalah tahapan-tahapan telah dilalui secara benar dalam proses penggunaan lahan milik desa dengan memenuhi aturan-aturan baik tingkat desa, kabupaten dan propinsi. ”Sejak PT Sunchang positif menentukan pilihan di wilayah kami, kemudian melaksanakan pelatihan di kantor BLK Disnakertrans Tambak serta menempati bekas gedung SD yang nganggur, jumlah warga Triharjo mencapai sekitar 30 % dari sekitar 1.500 tenaga kerja yang terserap saat ini,” terang Wadiyo.
Meski pembangunan pabrik masih dalam taraf penyelesaian, sejak 3 Desember 2007 karyawan yang semula menempati bekas gedung SD telah menempati lokasi pabrik yang baru dibangun, dan selanjutnya gedung SD diserahkan ke pemkab.
Setelah adanya pabrik wig milik PT. Sunchang Indonesia dan rencana pembangunan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, Desa Triharjo masih siap menerima datangnya investor. Menurut Wadiyo, dalam waktu yang tidak terlalu lama di wilayahnya juga akan dibangun gedung KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara) yang akan menempati lahan seluas 5000 m2. Lokasinya bersebalahan dengan pabrik wig. Sementara ini, kantor tersebut dalam menjalankan kegiatannya masih menumpang di BRI Unit Adhyaksa, Wates.
Ditambahkan oleh Wadiyo, Markas KODIM 0731 Kulon Progo yang sekarang berada di timur laut Alun-Alun Wates, direncanakan juga akan dipindah di Triharjo. Namun masih belum ada kesepakatan soal tanah, pihak Kodim mengigginkan sistem sewa sedangkan pemerintah desa mengharapkan untuk dibeli seperti yang telah dilakukan oleh para investor yang lebih dahulu masuk.
Di bagian lain Wadiyo mengatakan, meski wilayah desa Triharjo tidak memiliki lahan pasir sebagai lokasi penambangan pabrik baja, pihaknya mendukung penambangan pasir besi di pantai selatan dan berdirinya pabrik baja oleh PT. JMM. “Adanya rencana penambangan pasir besi dan didirikannya pabrik baja yang merupakan program pemkab, saya sangat mendukung, karena akan mampu mengurangi tenaga kerja yang masih menganggur, serta meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat. Pemkab tidak mungkin akan menyengsarakan warganya,” tandas Wadiyo.
Dukungan tidak hanya dari Wadiyo. Bahkan seluruh kepala desa di Kecamatan Wates yang meliputi Kepala Desa Bendungan, Sogan, Ngestiharjo, Kulwaru, Wates, Giripeni dan Karangwuni secara bulat mendukung keberadaan penambangan pasir besi dan pendirian pabrik baja yang dilakukan oleh PT. JMM tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar